Senin, 30 Desember 2013

The Last Tuesday 2013

Jakarta, 31 Desember 2013

Hujan yang gue nggak tahu mulainya dari jam berapa - menjadi alasan gue kekantor pake sandal jepit! Cakep, hawanya bikin pengen sembunyi dibalik selimut tau! Tapi selasa terakhir ditahun 2013 ya masih harus ngantor walau 90% rasa malas menyergap otot kaki gue :D
Di rumah sih gue udah mikir mau nyoba nulis cerpen (lagi), tapi ide-idenya mendadak lenyap bak terguyur hujan. Alhasil gue cuma bisa curhat colongan disini :)
Well...
2014 ~ Besok udah bakalan ganti kalender, besok udah tanggal 1 bulan januari tahun BARU :D
Nggak ada trik khusus untuk celebrate itu, sejarahnya gue nggak pernah punya planing untuk ngabisin waktu menjelang detik-detik tahun baru. Nggak terasa, Mei 2014 kalo emang gue masih stay dikantor ini, Ganjil 3 tahun gue kerja. 3 tahun itu 36 bulan, bener nggak sih? Ih lama juga ternyata, perasaan baru kemaren gue duduk manis diatas kursi beroda depan meja yang sering banget penuh sama tumpukan absen kalo hari kamis & jumat.
Dan kalo Allah kasih gue umur panjang, 31 Agustus 2014 genap gue berusia 22 tahun. Yeah, usia wanita dewasa yang harus menikah! What's menikah? Gue belum siap untuk itu :D
Menikah ~ terpikir kok di otak gue soal kewajiban itu. "Mengawali sebuah komitmen untuk kelangsungan hidup dunia - akhirat, dan hidup dengan kebiasaan baru, suasana baru, ujian baru dan teman hidup?."
Segini doank ya masa remaja gue, begini doank enjoy'nya kehidupan gue? Alhamdulillah, thanks a lot God, ngasih gue nyokap bokap bahkan kakak laki-laki satu-satunya yang dobel protectionnya. Eh super deh, sampai akhirnya gue menyandang status "Anak Mami!" :D
Jadi ketawa kalo gue nginget-nginget susahnya minta izin untuk pergi ke Gelora Bung Karno 13 Desember 2013 - Anniversary Slank 30 th. Asli, seumur hidup gue ngebandel - pergi dengan izin yang terpaksa dari bokap, absen izin dari abang dan izin yang tulus dari nyokap karena gue janji ini untuk yang pertama dan terakhir nonton Slank manggung di acara ultahnya mereka. Paling nggak sekali di hidup gue, ngehabisin beberapa jam bareng sahabat-sahabat gue :*
Kehujanan, laper sih walau nggak pake banget. Kebasahan walau harus masuk angin. Khawatir sih waktu gue dapet pesan singkat diharuskan pulang cepat! Gila, gue kesana bela-belain antri nuker tiket, kehujanan, basah kuyup dan harus pulang sebelum Slank perform? It's crazy, right! Freak! Setidaknya gue beneran nepatin janji untuk sampai rumah sebelum jam 10.

Novel ~ nggak tahu udah berapa jumlah novel yang gue baca setahun terakhir ini. Yang nemenin weekend gue. Yang mupuk impian gue untuk bisa nulis walau cuma baru di blog ini. I Love Novels :D

Permen Karet ~ keinget banget dua minggu gue kesulitan bicara, kesulitan minum dan makan. Sariawan yang baru gue alami dalam tingkat cukup parah mengakibatkan gue menjadi lebih cengeng. Hingga akhirnya pikiran gue kalut. Gue browsing tentang penyakit sariawan. Gue teliti, sampai akhirnya gue menyerah dan pasrah. Gue berdoa semua yang terjadi yang menyulitkan diri gue itu semata-mata ujian dariNYA untuk melatih kesabaran gue. Dari itu gue belajar tentang arti pentingnya kesehatan, tentang perihnya ditertawakan ketika loe nggak bisa bicara. Sedih waktu malaikat kecil gue setiap hari meminta gue membuka mulut dan menjulurkan lidah. Dan ketika itu pula dia bilang "aku mau jadi dokter supaya bisa nyembuhin sariawan kakak!" Demi apapun, apapun yang bisa dengar hati gue berbicara saat itu. Gue sayang banget sama dia. Dia nyawa gue setelah nyokap. Alhasil minggu ketiga perlahan sariawan gue membaik, sedikit-sedikit gue bisa berbicara dan makan minum seperti biasa. Gue berhenti untuk mengkonsumsi permen karet & cokelat. Berusaha beristirahat lebih dan nggak terlalu stres.

Pernah gue marah, kenapa keluarga gue melarang keras gue untuk berpergian ke luar jakarta tanpa mereka. Bahkan melarang gue untuk pergi hangout nyari novel atau nonton. Gue tahu alasan mereka. Gue paham. Setidaknya mereka pernah mengizinkan gue untuk merasakan berada disana - toko buku & bioskop. :)
Sempat gue kesal, teman-teman gue berhasil liburan keluar jakarta bareng teman-temannya. Sedangkan gue? Gue enggan untuk meminta izin karena tahu jawabannya. NGGAK! Tapi gue ngerti alasannya.
Nggak ada untungnya gue ngebantah. Gue nggak berhak maksa pergi tanpa izin mereka. Mereka keluarga gue. Gue hidup bareng mereka. Setidaknya gue nggak ngebatu dan berdosa karena mengecewakan mereka.
Walau gue masih banget berkeinginan bisa liburan keluar jakarta :)

Banyak sih yang pengen gue tulis hari ini. Cuma gue mendadak pengen pulang dan bergegas istirahat. Yaaaa.. Rehat. Belajar menyayangi tubuh sendiri - menjaga kesehatan, nggak menggunakannya lebih dari porsinya.

Terima kasih ya Allah, untuk setahun 2013 yang membahagiakan, walau masih banyak hal yang tersembunyi dengan keanggunan terutama soal rasa :)
Terima kasih untuk doa dan harapan yang sudah Kau kabulkan. Semoga Kau selalu menyayangiku, mengabulkan setiap keinginanku. Memanjangkan usiaku hingga aku senantiasa berguna untuk sesama terutama keluargaku.
Terima kasih untuk sepotong hati yang masih menuliskan namaku.
Terima kasih untuk sosok yang masih sering merindukanku.
Terima kasih untuk doa agar aku selalu bahagia.
Terima kasih mamah, yang selalu sabar menghadapi anak usia 21 tahun yang masih manja.

Gue,

Rabu, 04 Desember 2013

Kalimat Perbait :)

Ada setitik harapan
Andai setiap tetesan hujanNYA
Mampu mendamaikan
Hati, perasaan dan masa lampau .....

Aku berdiri
Aku terduduk
Menyepi
Dan masih menyendiri ....

Siluet jingga
Dilangit senja
Aku merindu
Merindukanmu .....

Ini hatiku dan perasaanku
Ada rindu
Ada ketulusan
dan juga ada cinta .....


Hatiku tersayat
Perih
Sakit tak berbekas
Seperti melangkah tak bertapak

Kau tahu
Aku menyayangimu
Menuliskan namamu dihatiku
Dan juga selalu merindukanmu

Sepotong hatiku
Terlanjur menghidupkan rasa
Terlampau sering merindu
Hanya atas hatimu

Kapankah aku bisa
Menggenggam hatimu
Mendekap erat kasihmu
Melewati setiap sisa waktu hidupku

Sepasang matamu selalu indah
Terlihat selalu cantik
Tak sedetikpun aku bisa berpaling
Mengalihkan pandangan juga perasaan

Mengajak hatimu bicara
Memperlihatkan kesungguhan cinta
Kau membisu
Tanpa kata iya atau tidak

Ada namamu
Dalam setiap doa
Menginginkanmu
Tuk memilikimu

Haruskah aku menunggu
Menunggu tanpa sebuah kepastian
Menunggu dengan merasakan kepedihan
Kepedihan yang ku ciptakan karena perasaan ini


Kamis, 28 November 2013

TANPA JUDUL

*Nggak tau kapan gue nulis ini, baru ketemu di draf, nggak ada salahnya untuk di posting :)

Bukan bait puisi yang ingin ku tuliskan,,
Bukan romantika bahasa yang ingin ku sampaikan,,
Hanya sedikit kalimat untuk ku ungkapkan,,
Tentang satu rasa di hati ini..

Aku berteriak dalam hati,,
Aku jatuh cinta hari ini,,
Entah kapan tak ku ingat lagi,,
Hari lalu tanggal berapa aku merasakan ini..

Rasa itu mengalahkan logika,,
Kerinduan terpendam begitu hebatnya,,
Melebihi derasnya hujan kemarin malam,,
Seperti ada bias pelangi dihadapan..

Bibir terkatup membisu
Ketika kau ucapkan rindu
Ya Tuhan,
Rasa apa ini,
Sungguh buat pipi ku merona merah padam,
Seakan aku berada dalam dekapan,
Dan siap terlelap dalam pelukan..

Rabu, 27 November 2013

Sepotong Hati

Ini tentang perasaanku
Perasaan yang teramat dalam
Perasaan yang semakin hari semakin sulit untuk digenggam
Perasaan yang belum tersambut oleh hatimu

Kemana lagi harus ku langkahkan kaki ini
Walau hanya sekedar tuk sejenak terbebas dari bayang wajahmu
Namun..
Aku tak benar-benar ingin pergi
Apalagi menjauhi perangaimu
Hasrat hati ingin terus di dekatmu
Menikmati dimensi waktu dengan dirimu
Meskipun tak menjadi kekasihmu

Biarkan aku terus menjaga perasaan ini
Membiarkannya tetap mengalir seperti air
Membebaskannya untuk melakukan apa saja
Termasuk menyakiti hatiku dalam setiap kata rindu

Kau cantik,
Matamu terlalu indah untuk tak ku pandang
Senyumanmu terlalu mempesona relung hatiku
Dan yang ku tahu aku menyayangimu sejak pertama kali pertemuan itu

Aku mendengar..
Beberapa bagian yang menyedihkan tentang hidupmu
Menjadi teman tuk air matamu
Juga menjadi sandaran untuk setiap keluhanmu

Aku menyaksikan tangismu pecah
Membuncah tanpa ampun
Walau bukan dengan sepasang mataku
 Tapi dengan indera pendengarku

Aku hanya bisa terdiam
Mendengar suara isak tangis diserta kesedihan mendalam
Aku bisa apa kala itu
Aku hanya bisa terdiam dan ikut meneteskan air mata
Tertahan rasa luka seperti yang kamu rasakan

Akupun menyaksikan
Dimana mulutmu tertutup rapat
Tanpa berbicara apapun
Hanya mengangguk dan menggeleng
Menahan sakit
Lantas menangis lagi

Kau terdiam
Lalu menuliskan beberapa kalimat
"Sakit itu menyiksa, kenapa seperti ini ujian dariNYA?..."
Dan kembali,
Aku bisa apa?
Mengulang kata sabar
Mengeja kembali kata berdoa
Hingga sakit itu terjeda walau untuk waktu yang tak lama

Aku senang mendengar teriakanmu
Ketika hari pertama kamu bisa membuka mulut tuk bersua lagi
Senang tak terhingga
Ingin rasanya mengantarmu kemanapun kamu mau
Menemani kamu sekalipun hingga malam berganti pagi
Terima kasih Tuhan, bisikku..

Aku tak perlu menjadi istimewa untuk menjadi seorang kekasih
Kamu meyakini perasaanmu bahwa persahabatanlah yang menjadi dewa
Entah ini kali keberapa aku terdiam
Tersenyum tak menyangka
Sesulit itukah mengubah arah hatimu

Aku selalu menantikan setiap tulisan-tulisanmu
Mengecek ulang blog diary onlinemu
Tak peduli isinya apa
Hanya dari tulisan-tulisanmulah aku bisa tahu sedang seperti apakah perasaan dan pikiranmu


Aku menyepi,
Menghilang pergi
Sementara pasti
Karena tak bisa ku pungkiri
Bahwa hatiku tak tenang ketika pergi

Apa kau mencariku?
Benar!
Kau mencariku
Mencariku sebagai sahabatmu
Kau mengkhawatirkanku
Mengkhawatirkanku sebagai sahabatmu
Dan mungkin
Kau merindukanku
Merindukanku sebagai sahabatmu





Note :
(..........)
Biarkan diam dalam kebisuan
Kebisuan nurani
Kebisuan waktu
Asalkan kau selalu bahagia
dengan atau tanpaku
Jakarta, 27 Nov 2013

Senin, 25 November 2013

Cerita Pagi Ini

Butiran air dan sesekali tiupan angin berada dibawah langit gelap ibu kota pagi ini. Hujan - ada dua kali tiga puluh menit lebih terdengar derasnya hujan. Beberapa menit lalu baru bisa reda. :)

Menyusun satu paragraf monolog pagi ini terkesan kaku. Tak banyak kata yang bisa ku rangkai untuk menyempurnakan awal kalimat. Memilih untuk terus menulis tanpa harus mengindahkan kata-kata itu sedikit terasa memaksa. Terdengar ambigu. Mengambang!

Menyibukkan diri dengan beberapa berkas yang harus dicopy ganda, sesekali mendengarkan suara Duta Sheila On7 dengan seksama, menyelingnya dengan berjalan tiga langkah ke belakang kursi - menyeruput air putih. Aku mulai membiasakan diri untuk minum air putih walau tidak merasa haus.

Menekan double tombor enter di keyboard itu sungguh berat. Dihadapkan dengan paragraf baru yang isinya belum pasti jelas. Kosong! Isi kepala ini memang tidak pernah kosong. Hanya saja tidak ada ide untuk menulis terlintas di kepalaku. Aku seperti sedang mendapat tugas mengarang bebas tentang sesuatu yang belum pernah terjamah olehku. Seperti bermalam di kuburan misalnya. *Hahaha #LOL

Di dunia ini ada banyak hal, mungkin seluruh hal di muka bumi ini hanya sementara. Kelak kita akan pergi dari sini - berpindah kehidupan untuk fase selanjutnya. Ketika ada pertemuan maka akan ada yang namanya perpisahan. Untuk apapun, perpisahan itu akan sulit terasa jika perasaan kita sudah tertinggal disana. Rasa kehilangan mendalam bisa saja menyergap aorta jantung kita jika saatnya harus ada orang yang kita sayang pergi dan mungkin nggak bisa kembali. Masa-masa sulit untuk bisa bangkit - membiasakan diri untuk tanpa sosoknya. Biarlah! Biarlah semua pembelajaran tentang hidup terus berjalan apa adanya. Tanpa harus ada bumbu lainnya yang nggak seharusnya ada. Karena pada akhirnya manusia dituntut untuk bisa belajar ikhlas dan sabar.

Rasanya enggan untuk meng-klik perintah "Publikasikan" menggeser kursor mouse rolling up keatas itu ternyata tulisan ini biasa saja. Sebatas cerita pagi tak bertema. Menimbang ulang - mulai menambahkan apa saja yang terpikirkan. Berbicara soal perasaan, mungkin itu yang paling mudah untuk ditulis disini. Perasaan dalam tubuh seorang wanita itu bagaikan kandungan air dalam plasma darah. (agak ragu!) *Hehehe...*

Matahari perlahan hadir! Iya, perlahan! Pelan tapi pasti walau saat petang ia harus kembali bersembunyi berganti malam bersambut bulan dan bintang! Huaaaa... Jakarta susah nemuin bintang, eh mungkin hotel BINTANG lima atau...



#Closed (!)

Galih (lagi!)

Kamu sedang apa disana?
Aku tahu tidak ada kerinduan terbesit dari relung hatimu untukku.
Aku tersenyum sendiri ketika mengeja kata Merindu. Entah sudah berapa lama kata rindu tak lagi terdengar. Kenyataannya memang tak seharusnya terdengar. Ibarat petualangan, kau tergambarkan seperti gunung merapi di Kota Jogja. Termat indah ketika dilihat dari kaki gunung atau titik pendakian. Hangat dan begitu mempesona. Aku sudah seperti pendaki yang mau tak mau masih ragu untuk mendaki. Bayang-bayang rasa sakit itu diibaratkan debu vulkanik yang berasal darimu. Membuatku menghentikan langkah untuk tetap melangkah menuju puncakmu.
Lupakan itu..
Ada sebuah kenyataan yang menyadarkan lamunanku. Melamun di meja kerja itu tidak lebih baik ketika masih dalam jam aktif bekerja. Entah apa yang aku pikirkan. Sedetik berlalu namamu terucap dalam diam. Aku tak memahami apa yang sedang terjadi. Merindu ataukah sekedar menjadikannya sebagai topik tulisan siang hari ini. Mungkinkah..

Lagu Seandainya milik Sheila On7 mengalun. Beberapa kali mendengarkan lagu itu belum bisa membuatku mengerti maksud dari lagu itu diciptakan. Kepalaku terasa sedikit berat. Butuh cappucinno panas, gumamku. Beberapa kali aku menarik senyuman. Mencoba membaca ulan tulisan di paragraf atas. Tidak sempurna, tapi setidaknya hari ini aku bisa menulis disini tidak hanya satu judul :)

Galih.
Dia hanya sebuah nama atas seonggok daging yang memiliki senyuman termanis selama ini. Rindu akhirnya aku padanya. Merindukannya dengan komposisi yang berbeda. Tidak berlebihan! Sebatas sahabat. Aku rasa tak ada salahnya jika aku merindukannya sebagai kakak laki-laki, boleh saja! Usia dia memang lebih diatas usiaku walau tak selisih banyak.
Galih.
Dia pria yang setahun lalu membuatku jatuh hati. Mendewakan sosoknya karena sebuah perasaan bernama cinta. Karenanya aku merasakan kehidupanku berubah tiga kali lebih berwarna dari sebelumnya. Itulah dimana jatuh cinta membuat yang merasakannya nampak seperti orang bodoh! Selain sering senyum-senyum sendiri, terkadang merasa kenyang sebelum melahap habis porsi makan siang. Akan menyukai pakaian dengan warna senada ketimbang warna hitam. Akan lebih sering mendengarkan lagu-lagu beraromakan cinta berlirik romantis. Ya Galih..

Aku berhasil berbaikan dengan masa lalu. Aku berhasil mengubah arah kapal layarku untuk tidak egois. Aku berhasil untuk tetap berbaik diri atas nama Galih. Aku berusaha untuk membebaskan perasaan apapun tentang Galih. Tidak lagi cinta yang terlalu berat porsinya. Tidak lagi dengan kerinduan teramat menggebu-gebu. Melainkan kerinduan akan seorang kakak laki-laki yang lebih memilih memetik gitar lantas bernyanyi daripada menorehkan sketsa gambar diatas secarik kertas putih. Aku rindu berbicara dengannya. Membicarakan apa saja. Membahas banyak hal yang kami suka. Membiarkan waktu berlalu tanpa terasa. Aku merindukannya. Rindu akan setiap ucapannya yang memiliki daya magis didalamnya
Tak ada lagi sapaan hangat darinya. Entah sudah berapa bulan terlalui tanpa adanya senyumannya walau sebatas emoji. Haruskah menunggunya berbulan-bulan hingga bertemu tahun. Ataukah memang takkan ada lagi kesempatan untuk kita berbicara kembali walau hanya sebentar saja.
Galih..

Sepertinya Dia tak memberikan penghapus halus untuk namamu dikehidupanku. Dia hanya membiarkan perasaanku berubah lebih bersahabat dari tiga bulan terakhir ini. Membuat perasaanku terasa lebih ringan tanpa beban. Karena kini aku masih menduga kamu bahagia bersamanya. Dia membiarkanku terus menulis tentangmu. Entah lewat doa ataupun rajutan mimpi dalam tidurku. Dia membuatku merasa lega ketika aku benar-benar bisa yakin bahwa perasaan cinta untukmu itu masih ada walau tidak untuk diperjuangkan. Jodoh itu takkan tertukar. Seperti rasa manis pada gula dan rasa asin pada butir garam. :)


Galih in my mind :) 25 December 2013 03.15 p.m.

Minggu, 24 November 2013

Pertanyaanku (?)

Apakah manusia memang diciptakan untuk lebih banyak berbicara daripada bersikap?
Apakah makhluk yang bernama wanita itu selalu mewariskan sifat lemah lembut?
Apakah makhluk berjakun yang bernama laki-laki itu harus bersikap kasar ketika emosinya sudah sulit untuk digenggam?
Apakah dengan menangis, wanita akan merasa lega atas gejolak yang dialami hatinya?
Apakah karma itu akan terhapuskan ketika jaminan kebahagiaan akan tetap ada jika manusia bisa saling menghargai dan saling memahami?
Apakah ada manusia yang tanpa harus dihadirkan rasa sesal ia akan menyadari kesalahannya?
Apakah ada rasa cinta yang menyatukan dua hati tanpa harus saling menyakiti?
Apakah benar ada ketenangan disaat kita menyepi?
Lalu..
Apakah dia mendengar kata hatiku?
Apakah dia berhasil meraba setiap lekuk ruang dihatiku?
Apakah dia mampu mengabaikan egonya demi kebahagiaanku?
Apakah keras hatinya melebihi bebatuan besar di tepian pantai sana bisa terkikis oleh rasa simpatiku?
Apakah memang ada rasa kasihnya untuk sekeping hati yang ku miliki?

Aku tersadar, terlalu banyak pertanyaan yang hinggap dipikiranku. Tak jarang membayangi setiap lamunanku. Mengusik setiap waktu beristirahatku. Seakan tanpa rasa iba, pertanyaan-pertanyaan itu datang dan pergi dengan meninggalkan jejak - rasa tak nyaman, gundah, mungkin bisa dibilang galau. Aku ini sedang apa, memikirkan terlalu banyak pertanyaan yang mungkin jawabannya tidak terdapat dalam satu judul buku. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku lebih banyak membaca buku dengan judul dan penulis yang berbeda. Yang belum pasti akan benar-benar aku temui jawabannya.

Aku lebih banyak diam hari ini. Mengunci mulut untuk banyak bicara yang tak pasti. Hanya sesekali mencoba untuk berkomentar - merespons setiap pembicaraan lawan bicaraku saja. Mulutku terkatup membisu, namun aku jelas bisa merasakan bahwa otakku mengajak nuraniku berbicara. Kedipan setiap kelopak mataku terjeda dengan sebuah tatapan lurus kedepan. Seakan menerawang jauh - mencoba menemukan sesuatu. Sedikit demi sedikit aku meraba jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Mencoba memahami aku ini manusia seperti apa. Aku tidak bisa bertanya ini dan itu tentang orang lain jika didalam diriku masih banyak yang harus diperbaiki. Oh My Allah, Kau Maha Mendengar :)

 Dan aku membiarkan apapun berkeliaran di dalam kepalaku. Biarlah semuanya terpikirkan dengan sendirinya. Tanpa harus ku paksa untuk pergi dan jangan pernah kembali lagi. Penat memang, namun aku bisa apa untuk ini. Untuk banyak pertanyaan yang terdorong atas adanya perasaan. Ketahuilah, perasaan itu akan lebih nampak besar persentasinya dibanding dengan logika. Mungkin itu bagi aku. Ya aku sebagai wanita yang terlampau sensitif dan teramat jauh berperasangka mengenai perasaan.

Inikah sebuah monolog hati? Entahlah, seakan aku berbicara dengan sebuah cermin di depan. Tanpa harus membuka mulutku, mungkin hanya mataku yang berbicara. Menjadi alat penyampai atas nurani dan pikiranku yang saling bertanya. Yaps, enough! Aku menghentikan monolog hatiku. Kembali berkutat dengan rutinitasku di kantor. Mengalihkan setiap pertanyaan dengan sebuah pekerjaan. Matahari begitu cerah pagi ini. Seakan mencoba menepuk bahuku secara spontan. Mengagetkan ku untuk terus berjalan. Sekembalinya aku dengan monolog hati, ada keinginan untuk menjadi lebih baik lagi. Tak ingin menyinyiakan setiap waktu kehidupan yang Dia berikan. Menjaga mama, melindungi mama, menguatkan mama. :)


Me at Jakarta, on Sunday 25 December 2013

Jumat, 22 November 2013

Si Pembangkang! (m)

"Hatinya terbentuk dari apa, sampai hati dia tega melukai perasaan kita lebih dalam setiap harinya. Apakah ia tak ingat akan balasan atas perbuatannya, melukai kita dengan ucapan dan tindakan pasti akanlah pedih jika suatu saat Allah turunkan balasannya.."

Sejenak ibu hanya terdiam. Terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hanya tetes air mata yang bisa aku saksikan jelas sore itu. Ibu mengajak aku mengobrol. Letih memang gurat wajah ibu kala itu. Seperti telah berjalan kaki tanpa ada setetes air yang membasahi tenggorokannya. Ibu memulai bercerita, tentang keluhan yang ada di hatinya. Aku amat mengenal ibu. Ibu yang selalu tangguh atas apapun kesedihan yang menerpa kokoh tubuhnya. Namun kali ini aku bisa merasakan kerapuhan kepingan hati ibu. Keluhan demi keluhan tersampaikan, tangispun pecah hingga ku sodorkan box tissue untuk menjeda ucapannya. Ibu ketahuilah, saat itu aku tak kuasa untuk menyaksikan air matamu. Tak sanggup tuk terus mendengarkan keluhan hati dan perasaanmu. Ku coba terus menunggu hingga kau menghentikan ceritamu. Berbalik aku yang diam. Diam dengan terpecahnya pikiran. Tak henti-hentinya aku beristigfar dalam hati. Untuk setiap tetes air matamu yang tak sedikitpun aku mengikhlaskan hatimu terlukai olehnya. Namun, aku sendiri tak tahu jalan keluar untuk ini, hanya sabarlah yang mungkin bisa sedikit mengalihkan rasa sakit yang ada.

Mengapa kau tumbuh menjadi si pembangkang? Seharusnya kau bisa menjadi harapan terbesar ibu untuk masa tuanya. Namun, kau patahkan semua harapan ibu dengan melukai perasaan ibu juga perasaanku. Kau amat sangat membenci wanita yang menangis. Kau bilang itu cengeng! Kau bilang tak berguna! Tapi kau tak pernah menyadari bahwa setiap tangis kami adalah karna kau. Tak sedikitpun kau bisa berpikiran positif terhadap kami. Kau termakan ego. Dan kau tak menyadari bahwa keegoisanmu akan menjadi cambuk yang memecut tubuhmu bahkan bisa saja perlahan merusak anggota tubuhmu. Aku tak memintamu tuk mendengar setiap keluhan kami. Sedikit beri kami ruang untuk bisa mengajakmu menjadi lebih baik dari ini. Kami menyadarkanmu dari kelamnya masa lalu yang menjadi alasan kenapa kau menyimpan dendam. Seharusnya kau bisa memulai tuk bersahabat dengan masa lalu. Merubah setiap rasa kecewa perlahan menjadi mimpi yang tercapai. Seharusny kau tak sampai hati melukai kami. Seharusnya kau tidak selalu menuntut untuk kami terus mengertimu. Seharusnya kau tak seegois ini. Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya aku bisa berani mengutarakan ini semua dihadapanmu. Namun aku memilih menuliskannya disini. Tanpa kau ketahui tulisan ini bertema tentang kau.

Allah mendengar nurani aku mengeja setiap kalimat disini. Yang kau bilang Allah nggak melihat tangisan ibu. Entah nama apa yang pantas untuk menjudgment perilaku kau itu. Habis kataku untuk tingkah kau yang semakin hari semakin membuatku muak. Kau tahu, berdosa besar karena kau buat ibu menangis sedih di setiap shalatnya. Ah, kau kemana saat ibu bersujud menitihkan air mata mengucap namamu untuk selalu dilindungi oleh Allah. Kau tertidur pulas dengan bertopang kaki, dasar kau b*d*h! Presiden saja tidur itu meram dengan kaki sejajar diatas kasur. Sombong sekali kau! Hampir saja aku membanting keyboard didepan monitor PC ini. Teramat banyak kekesalanku sore ini jika mengingat-ngingat sikap kau.

Ingin sekali aku membahagiakan ibu. Entah dengan cara apapun. Setidaknnya aku masih memiliki impian untuk tetap jadi anak yang baik untuk ibu, tidak menjadi si pembangkang tak tahu diri sepertimu. Bukan aku berlaku seperti malaikat kecil tak bersayap. Bodoh saja jika aku terbius godaan setan untuk bersikap seperti kau. Ya Allah, tunjukkan kepada kami akan perubahan perangainya yang selama ini mengecewakan kami. Tolonglah kami! Jangan buat dia semakin hari semakin berdosa. Amin

"Ibu, tak usah kau teteskan lagi air matamu. Anakmu bukan hanya dia, ada aku yang masih bisa menjadi penyokong rapuh tubuhmu. Tak usah ibu banyak mengeluh dan memikirkan sikapny, tak kuasa aku melihatmu sakit. Biarlah semua ujian ini kita lalui bersama. Kau tak pernah sendiri, ada aku.. Aku yang senantiasa merindukanmu tanpa terucap kata rindu di hadapanmu..."


Part I

Minggu, 17 November 2013

Perasaan Itu Nggak Bisa Dipaksa

Gue nggak bermaksud egois atas semua pernyataan-pernyataan gue sebelum detik ini gue menjelaskan kalo gue ternyata masih menyimpan banyak asumsi negatif tentang masa lalu. (nggak ngerti gue sama kalimat majemuk bertingkat kek gini!) But, biarkan gue menulis beberapa seen tentang dia yang dulu mungkin ya setahun lalu pernah ngebuat gue yakin kalo dia benar-benar pria yang tepat. (Sorry!)
Nggak ada alasan kenapa gue nggak nyebutin nama dia disini, bukan sebagai tebakan iseng ataukah kode kalo gue masih susah move on (Jelas Bukan!)
Yang gue tahu perasaan itu nggak pernah bisa dipaksa! Gue rasa semua orang tahu itu. Berbicara soal kerinduan, oke fine! I miss him, really miss him! (Apa! Gue kangen sama dia?) Gue kangen terus dia? Eitss tapi ya gue masih bisalah membela diri atas kerinduan gue itu. Ada pepatah berkata "Ketika kamu memberi sesuatu pada seseorang baiknya untuk tidak mengharapkan balas dari seseorang tersebut." Oh MyAllah, ini kerinduan gue hanya sebuah habitual yang masih ngikut dikehidupan gue mendekati tahun 2014. Buat gue itu wajar, karena kerinduan gue masih pada batas normal. Gue rindu, gue kangen, tapi gue nggak maksain kerinduan itu tersampainkan. Gue sadar kenyataannya gue berhalusinasi kalo hati yang dulu masih ada. Tidakkah itu sebuah halusinasi yang so sweet banget kalo dalam novel, namun pada akhirnya akan sad ending.
Gue akan bahagia jika obrolan yang dulu sempat terputus yang gue nggak tahu alasannya apa itu bisa terjalin lagi. Bukan gue berharap ada dewi fortuna untuk perasaan gue. Cuma gue akan lebih menyukai detik-detik dimana gue bisa merasakan kebahagiaannya walau dengan hati yang lain. (Asli ini dramatis!)

Gue tahu dia nggak pernah baca tulisan-tulisan gue, (Orang Sibuk!) secara di box komentar itu masih nggak berpenghuni alias KOSONG! Pikiran gue ngegantung, berterbangan nggak jelas mengarah kemana. Perasaan gue nggak karuan sama seperti halnya jemari gue. Mulut gue bawel disini, bawel banget didepan monitor dan keyboard. Mata gue sedang sedikit tidak belo, sedikit nggak fit untuk dua minggu terakhir ini. Banyak kata yang gue delete, dikarenakan gue ngerasa nggak cocok sama tulisan gue, (Opss ini curhatan gue!)

Berpangku telapak tangan dibawah dagu, gue nggak pernah tahu sampai kapan gue betah bawel disini. Membeberkan beberapa keping curhatan yang sedikit childish sama readers :( Gue manusia biasa, yang hobi banget baca novel, hobi banget nulis apa yang pengen gue tulis (Lho aneh!) Dan sedikit demi sedikit gue berhenti untuk mencintai permen karet dan cappucinno. Gue yang amat sangat mencintai sepeda, dan sangat menikmati menjadi seorang pejalan kaki di tepian trotoar. Gue yang menyukai ungu lebih dari warna merah, gue yang memimpikan menjadi seorang penulis novel, gue yang betah banget nonton film action dan horor, gue yang nggak pernah akan suka sama buah durian, gue yang suka banget nyepi, yang nggak bisa maen keyboard, yang lebih suka diam ketika moody dan gue....


Gue yang menjadi empunya The Words :)
Thank's readers yang mau nyempetin waktunya untuk baca postingan gue (nggak jelas isinya!)
I Miss him :)

Minggu, 10 November 2013

Mamer Lidah

"Sssssseeeeellllaaaammmmaaatttt Pagee Jekardah :D

Rasanya bisa ngucapin salam pagi itu sesuatu banget - mengingat nyaris seminggu full gue mengalami kesulitan berbicara atas tragedi sariawan. *iuh nggak keren banget* (sungguh!) Baiklah, hari ini gue merasa lebih baik - berbicara, mengunyah makanan, dan dengan tenangnya menyeruput susu cokelat yang dingin :D (Alhamdulillah !)

Tunggu, itu baru secuil cerita gue pagi ini. Seperti biasa, gue akan menumpahkan beberapa pemikiran yang menginap di otak gue, contohnya...

Novel - Rabu malam minggu lalu gue berkunjung ke salah satu toko buku di mall daerah senen. Ada dua novel yang gurih banget, cukuplah menjadi obat di weekend gue. Ceritanya rapi banget, emang sih endingnya nggak sulit ditebak, but over all gue suka! Mengimaji lagi deh imajiner gue, menjadi seorang penulis novel masih nempel banget dalam daftar obsesi gue. Bisa menulis dengan rapi dan gurih itu menjadi impian gue. "Dan takkan terhenti setiap jemari ini menari diatas secarik kertas putih berbuih tinta (bukan) emas yang akan selalu menemani perjalanan hidup ku.."
Loe bisa bayangin, kegilaan gue akan membaca novel telah memotivasi gue untuk terus menulis. Sejauh ini menulis setiap curahan hati gue itu lebih baik daripada gue stuck nggak nulis! Puisi atau cerpen tentang cinta yang kedengarannya mudah untuk dijabarkan, ternyata membutuhkan ruang khusus untuk bisa menjadikannya sebuah redaktur yang renyah. Mensingkronkan antara mood, feel dan minat untuk menulis sebuah tema itu juga penting. Jadilah imajiner yang tepat, guys!

then...
Di dunia ini tidak ada yang sempurna - kesalahpahaman, ketidaksengajaan sering kali menjadi point utama akan terjadinya perdebatan. Gue ngerasa sedih, ketika segelintir orang harus mengalami perdebatan hebat dengan ego mereka. Mungkin termasuk gue! Mengambil contoh dari sekitar, mengamati beberapa karakter tiap kepala disekeliling gue cukuplah menjadi bahan pembelajaran untuk gue menuju manusia dewasa.

Manusia Dewasa - tidak hanya berpikir, mereka dituntut untuk benar-benar bisa tepat dalam bertindak. Bijaksana! Mungkin itu point yang tepat untuk menggambarkan tujuan utama dari arti Manusia Dewasa itu sendiri. Namun, dalam usia bumi yang sudah tidak dini lagi telah ditemukan banyak problematika dikalangan Manusia Dewasa. (Haiah, gue ngomong apa ini!)

GALAU - The Big Mistakes you know! *iuh* Dilematis! Memprihatinkan banget kalo harus menyaksikan orang menggalau dan nggak nafsu makan. Bawaannya kenyang dan nggak semangat gitu! Ngelamun, menyendiri bahkan sampai mengurung diri di kamar. Dengerin lagu melankolis, pake kaos dengan warna gelap, mandi pake lama, jalan kaki kek keong, sampai kurang fokus mendengarkan! Galau itu kutukan atau apa, mengubah dunia seseorang dalam sekejap mendadak abu-abu nggak jelas. Menggalau itu apakah sama dengan Menggantungkan perasaan antara duka dan nestapa ya? *hiksss :'( ngeuneus

Well, gue bersyukur banget karena siang ini sudah bisa menikmati seporsi gado-gado dengan cabe satu diakhiri dengan dessert buah jambu air berbumbu gula merah dan cabe secukupnya. Terima kasih untuk doa yang senantiasa selalu tercurah demi kelangsungan hidup gue. *hehehe..* dan thank's a lot untuk semangat super yang Allah kasih dikehidupan gue. Dan di saat...

"Merindukanmu kini hanya sebatas doa, menyelipkan sebuah nama yang pernah hidup di hati dan perasaan. Membayangkan setiap senyuman dan kalimat yang masih teringat, melihat setiap lekuk wajah yang sungguh menyejukkan. Kini tak tahu dimana, hanya doa yang terbaik selalu terucap. Rindu ini tulus, rindu ini selalu dan akan selalu putih seperti salju. Biarkan rindu ini hanya terdengar disini, biarkan kerinduan ini tumbuh semaunya, meskipun terasa enggan pergi dan menjauh. Dan biarkan namanya tetap hidup walau tanpa sosoknya :)


Regards, -gue-

Kamis, 07 November 2013

I'm not okay :|

Ini hari keenam, dimana kalimat majemuk bertingkat itu terasa sedikit sulit untuk diucapkan. Sariawannya itu lho betah deh, please! But it's okay, ditunggu sampai vit. C nya habis dikonsumsi semoga ada kesembuhan. *amin*

Merasa kalah, lantas menyerah. Gue menjadi sedikit cengeng setelah mengalami sariawan sejenis ini, entahlah jenisnya apa hanya saja ini jadi pertanyaan gue dan orang sekitar gue. Rasa nggak nyaman, kelaperan, kehausan dan sempat terganggu tidur itu efek dari ini. Gue nggak tahu alasan apa gue jadi sariawan separah ini. Mengingat permen karet, cokelat, cappucinno, es krim vanilla sudah tak terjamah dua minggu sebelum sariawan ini datang. Ciee Curhat, lho!

Ya Allah pengen banget sehat total seperti biasa, lahap makan dan bisa makan pecel lele beserta sambal dan lalapnya. Iya janji nggak banyak banget ngulum permen karet, ngemilin cokelat dan jilatin es krim vanilla. Insya Allah deh :D

Miris itu disaat gue ngetik-ngetik nggak jelas tentang keluhan atas sariawan ini. Terus mendadak netesin air mata lantas mengusapnya dengan tissue. Come on, itu childish banget! Cewek abis! Dan itu bukan gue, seharusnya bukan gue. Ya gue mengeluh, mengeluh dan mulai mengeluh. Perih!

Dikepala gue itu penuh banget sama lele kremes yang joged-joged nggak jelas diatas sambel pecel, kripik kentang berasa sapi panggang yang saling tepuk tangan, bulir-bulir air jeruk ber'es itu yang anggun menawan dan sayang banget buat dilewatkan, Oh My Allah, kepala gue isinya asupan makanan molo :))

Kalo lagi ngelamun rasanya pengen ngobrol sama itu sariawan, kenapa dia betah nempel di rongga mulut gue, terus kapan mau angkat kaki dari sana dan nggak balik - balik lagi. hehe.. MIRIS!!! Gue seakan lagi maen teater kolosal jadi selir yang tertukar (Hahaha :) )

Curhat dikit,
Butuh tidur, di kasur yang nyaman dan nggak diteriakin Mama dulu! Pake mimpi indah sama nyenyak yang asyik banget. Bangun dengan tersenyum memamerkan gigi! Nggak perlu mimpiin dia deh, iya dia! Dia yang sekarang udah nggak tahu dimana keberadaannya. Dia sang pemilik senyuman manis. Oh No, come on ladies! buka mata hati dan telinga, sadar donk kalo dia udah bukan satu-satunya orang yang harus dikenang. Dia memilih pergi bersama alasan-alasan orang-orang sekitarnya. Okeh,! Kelar...

Rabu, 06 November 2013

Mama

"Maafin mama kalau bicara sama mama membuat kamu capek karena harus mengulangnya." (sedikit terisak sambil mengelus dada)

Waktu itu mataku sudah mengantuk sekali, mama bertanya padaku dan mengajakku berbicara. Entah karena letih atau aku yang kehilangan kesadaran karena mengantuk, kesal itupun meracuni respon pembicaraan mama. Satu kalimat yang hingga saat ini hanya sekali aku dengar dan berulang kali selalu berbisik di pendengaran, menyisakkan butir air mata.
Aku bertemu mentari di sepanjang jalan yang aku tapaki, jauh dari rumah aku mencoba meraih rejeki. Melalui doa Mama, aku masih bertahan bekerja di tempat yang sama. Langkah demi langkah bukan berarti tanpa pembicaraan nurani. Aku menatap lurus kejalanan. Pendengaranku mencoba meyakinkan pembicaraan apa yang terdengar. Hati kecilku berkata, "Mama sudah tidak lagi muda, usianya sudah kepala empat!" Akalku mulai menerima respon dan menjawab, "Itu artinya mama sudah tidak lagi kuat seperti 20 tahun silam?"
Benar, Mama kini sudah tidak lagi muda. Di usianya 46 tahun mama masih kuat bekerja. Melewati setiap kerumunan bahkan kemacetan Ibu Kota, melawan dan menahan teriknya mentari atau derai hujan. Mama yang dengan sabarnya mengisi waktu 24 jam dengan satu paket peluh, bahagia, dan berbagai hal yang terkadang menguji kesabarannya. Dikaruniai 3 orang anak yang memiliki karakter beda-beda, membuat mama terkesan keras. Mama lebih sering meneriakkan anak-anaknya yang membandel. Walau aku terkadang bosan mendengar teriakan itu namun ada yang ku pikirkan tidak jauh dari itu.
 Mama memang galak, Mama memang sibuk tapi bukan Mama jika tidak memperhatikan anak-anaknya. Mama bisa lho telepon si bungsu lebih dari 10X dalam interval waktu 10 jam. Mama juga masih menyempatkan membalas SMS si bungsu yang menyuruhnya segera pulang. Mama bisa masakin kita Sop Ayam setiap weekend. Mama bisa menyisihkan makanan yang dibeli dari luar untuk kita (dan dia tidak sedikitpun hendak memakannya sebelum kami) Mama itu bukti nyata kalo yang namanya Wonder Woman itu nggak cuma di film-film kartun.
Nggak kebayang kalo Mama mengeluh sakit. Walau mungkin terlihat hanya aku yang sibuk mencari makanan kesukaan Mama yang bisa dimakannya. Si sulung lebih terkesan cuek. Si Bungsu sama saja cuek namun dia masih memiliki rasa simpati lebih. Aku? Beginilah jadi anak tengah! Selalu mengalah, mengalah dan mengalah. Walau aku sudah mulai terbiasa, terkadang rasa iri itu masih menghantui. Ah Sudahlah, harusnya aku mengikuti kata-kata Mama. "Tidak ada kebaikan atas rasa iri yang ada!"

"Ka, mata Mama sudah buram sekali melihat huruf, mungkin Mama harus ganti kacamata."
Iya benar! Kacamata. Mama selalu nampak lebih cantik dan terlihat lebih muda jika mengenakan kacamata. Matanya sipit, kulitnya putih bak gambaran nenek saat masih muda. Itulah sedikit celoteh beberapa hari lalu. Mama sudah pergi ke optik untuk mengecek dan memesan kacamata baru yang cocok. Hasilnya mata Mama menjadi Plus. Kecemasan menyelimuti aku. Mungkin saat ini hanya Allah yang tahu.
Aku teramat menyukai Mama ketika mengenakan Batik. Subhanallah, Mama cantik luar biasa. Nggak tersirat sifat keras dari raut wajahnya. Apalagi sekarang, Mama sering banget bawel kalo soal baju. Nanya ini itu, model apa yang cocok untuk dikenakannya. Ada-ada saja, Mama seperti anak remaja yang sedang mengalami masa puber. (Hihihi..)

"Banyak sesal yang terpikirkan disaat aku menjalani kehidupan layaknya anak perempuan yang dewasa. Membantah Mama itulah yang menjadi hantu paling seram dalam kehidupanku. Ingin rasanya mencium kaki Mama memohon maaf atas segala luka atas perbuatan dan perkataanku di masa lalu. Kini setiap kali didekat Mama, dalam hati aku selalu berdoa. Semoga kelak aku bisa merawat dan membahagiakan Mama di masa tua nya. Ingin aku terus disampingnya untuk menemaninya. Menjadi orang pertama yang tahu Mama sedang apa dan seperti apa. Yang aku tahu setiap kali mengingat satu hal yang aku takutkan, aku selalu meneteskan airmata. Kehilangan Mama itu bukan yang aku inginkan, itulah yang aku takutkan! Aku mau Mama terus ada. Terus dan akan terus selalu ada, walau aku tahu Mama sudah tak lagi muda...."

Teruntuk Mama,

Kamis, 17 Oktober 2013

Momentum

"Jangan pernah berpaling ke belakang - Yang sudah berlalu, biarlah berlalu - Hadapilah yang akan datang.."

Kalimatnya sederhana, meskipun mengandung arti yang kompleks. Seseorang takkan bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu namun lain halnya jika dia mengalami hilang ingatan. Baik buruknya sebuah masa lalu akan tetap mempengaruhi langkah kehidupan seseorang di masa depan. Sulitnya Move On atau bisa diartikan berkembang lebih baik dipengaruhi oleh beberapa alasan, seperti ...

Masa lalu yang sulit dilupakan - Momentum dimasa lampau entah bertemakan perasaan atau sebuah pemikiran logika sekalipun yang memiliki ruang lebih didalam memori otak manusia akan terasa sulit dilupakan. Membutuhkan dorongan sugesti di bawah alam sadar untuk benar-benar menginstruksikan bahwa momentum tersebut tidak harus teringat kembali.
Manusia bisa kapan saja jatuh cinta. Begitupun sebaliknya. Mereka bisa kapan saja patah hati - menerima kenyataan pahit tentang kejujuran perasaannya. Atau mungkin, sebuah kejadian dimana seseorang harus ditinggal pergi oleh orang yang amat sangat dicintainya. Itu dua contoh sederhana momentum yang sulit dilupakan.

Jeda - pernahkah kalian merasa putus asa? Atau mungkin bisa dikatakan menyerah?! Terhentinya satu step atau beberapa langkah dalam sebuah perencanaan tujuan. "Gue nggak yakin gue bisa memiliki hatinya :( .." atau "Ya Tuhan, kenapa Kau berikan ujian seberat ini..?" Kalian pernah berpikir tentang sebuah penyesalan atas waktu yang terbuang? Tentu tidak, dari (entahlah berapa jumlah manusia di bumi ini) tentu tidak banyak yang berpikir bahwa banyak waktu terbuang atas keteledoran mereka. Manusia terlalu sibuk untuk beberapa hal yang menghabiskan banyak waktu tanpa hasil alias NIHIL. Memikirkan orang yang namanya berkeliaran dipikiran kita, merindukan seseorang yang sudah tidak lagi menjadi milik kita, dan menginginkan seseorang kembali seperti dahulu menyayangii kita sepenuh hati sebelum akhirnya kita menyadari bahwa kita pernah menyianyiakan kehadirannya. Itu NIHIL. Manusia banyak mengejar pertanyaan-pertanyaan yang bersifat egois, dan manusia seperti itulah yang terkadang tidak mudah menerima jawaban dengan penilaian kenyataan terburuk. Mereka tergiur dengan kemungkina-kemungkinan manis dalam setiap pertanyaan.

Nggak Konsisten - Plin-plan :) tentu tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Seorang ilmuwan sekalipun itu pasti pernah mengalami kegoyahan atas pilihannya. Sulit memang jika kita dihadapkan pada dua pilihan tersulit. Me-eleminasi dua pilihan dari empat saja sudah sulit apalagi memilih satu diantara dua pilihan. Manusia dijaman sekarang akan lebih sulit jika diharuskan memilih orang mana yang lebih dikasihinya.

Galau - gue nggak yakin pada point ini. Istilah galau sedang booming sejak 2012 yang gue tau sih. Galau bisa di artikan sebagai dilematis. Satu momentum dimana seseorang merasakan tingkat kebimbangan amat tinggi, di bumbui kegelisahan bahkan ketidaknyamanan ketika berada disuatu tempat. Syndrom galau akan muncul ketika ada beberapa opsi yang harus dipilih.

Rasa Nggak Tega - Ini point dimana manusia dengan hati yang menyerupai peri dengan satu paket sifat tidak tegaan dengan mudahnya mereka dipengaruhi oleh orang lain yang dia sendiri belum bisa memastikan apakah orang lain itu benar-benar bisa memberikan dampak positif padanya. Ada lho orang lain yang menjelma bak srigala berbulu domba "Manis di depan - Pahit di belakang >< menikam dengan halus!" Belajarlah untuk bisa mengenali berbagai macam karakter / sifat pembawaan seseorang yang berada disekitar kita. Mudah percaya itu tidak dilarang namun alangkah baiknya kita bisa membatasi rasa kepercayaan kita. "Jangan mau dibodohi ya, guys ;) !"

Gue nggak tau point selanjutnya, ini dimana tulisan gue saat ini terkesan ngambang. Tapi, pastilah gue memiliki versi sendiri tentang beberapa alasan yang menghambat langkah gue untuk mencapai target yang sudah gue rencanakan secara matang.
Guys, perasaan itu sensitif. Dia abstrak namun dampaknya nyata. Ketika kalian jatuh cinta atau patah hati, jelas-jelas kalian dengan mudah mengabarkan pada dunia tentang apapun yang kalian rasakan atau alami dikehidupan kalian. Berjejernya jenis jejaring sosial kini dengan mudah menerima setiap keluhan manis atau pahit tentang kehidupan kalian. Tinggal bagaimana kita mahir untuk mengendalikan emosi dan ucapan yang ingin diucapkan namun lebih banyak di tuliskan pada jejaring sosial.

Oke guys, mungkin cuma itu yang bisa gue tulis disini. Setidaknya gue bisa membiasakan jemari gue untuk terus conect sama isi kepala gue.

thx, Regards..


bello :)

Selasa, 08 Oktober 2013

KUSUT !!

"Itu bapak matanya kemana sih, ngebut koq di jalan raya! Fu*k...!!!"
Ngedumel sepanjang jalan trotoar depan Hotel Mercure Hayam Wuruk itulah yang menambah kusut pagi ini. Apa jadinya kalo accident itu terjadi? Nggak ngerti deh maunya itu bapak apa? Lampu merah koq di terobos *nepuk nyamuk*

Kalian pernah berdiri di depan cermin lalu bergumam "Mata gue kenapa, koq layu banget. Perasaan tadi mandi gue siram berkali-kali!"
  1. Kurang Tidur - Udah kek petugas hansip rutin deh kalo harus begadang sambil mondar mandir ( didalam rumah )
  2. Uring-uringan - Nggak tahu ya apa yang lagi berkeliaran di kepala gue selain puluhan kepalan tinju berusaha mukulin isi kepala gue ( sakit bro! )
  3. Kurang Asupan Makanan - gue nggak sempet ngemil, disibukkan sama rutinitas yang kadang bikin gue jenuh dan rasanya pengen ngebakar itu kertas-kertas di atas meja kerja gue
  4. Terlalu Banyak Pikiran - Ini yang gila! aish, gue bukanlah pemimpin sebuah negara, apa coba yang gue pikirin lagi selain kehidupan gue dan keberadaan orang-orang sekitar gue? ( ngusik banget tau nggak! )
  5. Terlalu Cuek - gue sih nggak heran kenapa gue pake betah banget bikin gelembung permen karet sepanjang jalan menuju kantor, attitude seorang cewek gitu! ( Masa bodo sama mereka, Jakarta penuh dengan orang-orang yang CUEK :P )
  6. Butuh Penyegaran - Gue sih nggak mau ya di kunci di dalam lemari es biar bisa bikin kepala gue dingin ngelebihin es! Gue cuma butuh tempat dimana gue itu bisa membebaskan pikiran gue, contohnya! Kamar Tidur yang isinya itu cemilan, DVD Genre Horor Hollywood, Novel.
  7. Butuh seseorang - ini nih! Gue bukannya harus nyari pacar juga kan, kalo sekedar teman curhat sih banyak kali gue tinggal bawelin mereka aja - itupun kalo gue mau.
  8. NgeGame - Gue seorang gamers sejati! selain hobi baca novel fiksi gue emang betah banget ngegame. Gila aja kalo di dunia ini nggak ada game, ahh rasanya udah kek taman tanpa kumbang, broh!
  9. Air Terjun - gue menyadari kalo gue nggak bisa berenang, makanya tunjukin ke gue dimana lokasi air terjun yang nggak bakal nyelakain diri gue, nggak mau lagi gue tenggelem ( memalukan! )
  10. Bersepeda - Idih, gue tuh goweser sejati! haha :* Gue mau ber-MTB ria di lapangan luas sambil lepas tangan. Menganyuh dengan semangat penuh, berhenti dan menarik napas sambil mandi keringat. ( ini baru GUE! )
  11. Makan Es Krim Vanilla - Ihh, ngilu nggak sih kalo loe dihadepin sama puluhan cone es krim vanilla beralmond, rasanya itu kek loe dikasih surat cinta berperangko beramplop merah muda.
  12. NgeBlog - ini dimana gue berada sekarang bersama jemari yang tuk tuk tuk diatas keyboard :*
Ngedengerin Andra & The Backbone nih via #YouTube dari pagi gue conection wi-fi, lumayan buat nemenin kusutnya gue yang belum reda.
Kadang gue mikir - apa gue bisa benar-benar bahagia tanpa secuil air mata yang mancing mata gue menangis. Bego banget gue, harusnya gue bisa bersyukur atas semua yang Allah kasih sama gue. Hidup ini emang misterius, broh! Loe nggak tau kan kapan loe ketemu jodoh yang Allah tentuin sejak loe terlahir ke dunia. Ecieee, rasanya gue lagi mikirin sesuatu :)

Thx,
Regards,
Bello :)

Kamis, 03 Oktober 2013

Crowded Day (!)



Ini dimana perkataan memang lebih mudah dibanding bertindak. Dan ini kasus dimana seseorang dengan mudah menguatkan orang lain yang sedang mengalami kerapuhan dibanding menguatkan dirinya sendiri saat mengalami sebuah masalah yang dianggapnya itu besar. Itukah yang dinamakan hukum alam. Ketika seseorang dengan beberapa kalimat keluar dari mulutnya berhadapan dengan seseorang yang sedang digandrungi masalah akan disebut motivator? Setelah kalimat-kalimatnya tersebut bisa mengembalikan beberapa persentasi semangat seseorang untuk meneruskan langkah kehidupannya yang sempet terjeda.

Dan ini dimana aku memilih stay di blog ini.

Dimana..
Menahan amarah supaya nggak meledak itu sulit. Sama halnya seperti dihadapkan atas seseorang yang kita hormati lantas dengan seenaknya dia menghantam jiwa kita hanya dengan ucapan dan beberapa tindakannya yang nggak pantas untuk dilakukan. Aku mengeluh hari ini, mengeluh terlalu lama lebih lama dari hari sebelumnya. Entah karena aku terlalu berlebihan menggunakan perasaanku atau memang aku sudah terlalu letih bersikap sabar padanya. Hanya Tuhan yang tahu.

Dan aku,

Aku masih menyimpan keinginan melihatnya berubah – menjadi manis (tidak usah banyak manis) sedikitpun sudah bisa membuatku tersenyum lega. Merubahnya menjadi sosok orang yang benar-benar aku harapkan – tak perlu dia menjadi seperti seorang pemimpin yang bijaksana menjadi sosok kakak yang mampu menguatkan hati adiknya itu sudah sempurna.

Bukan lagi tangisan, bukan itu yang aku bisa lakukan. Meski terkadang mata ini seperti kemasukan debu :) sengaja aku berpura-pura mengatakan itu pada diriku, kalian tahu kan dimana ada skenario untuk menutupi kesedihan. Dimana segilintir orang benar-benar mempelajari jurus jitu itu. Memaksakan menarik senyuman senatural mungkin hingga kesedihanpun terhapuskan dari sorot matanya.


Setidaknya aku lega, setelah beberapa paragraph diatas terampung menjadi sebuah bacaan. Sekedar bacaan untuk selingan. Karena hanya ini mediator terakhir yang bisa membuatku berada pada zona aman menurut versiku :) Meski saat ini aku mendengarkan lagu yang aku suka dalam waktu terakhir ini, dan hatiku berbisik tentang doa yang selalu aku tulis rapi dalam nurani, aku masih merindukan momen dimana aku benar-benar bisa berada dalam dekapan hangat orang-orang terkasih.

Bicara soal kasih sayang, bicara soal cinta :D tentang sebuah perasaan yang istimewa, perasaan yang aku belum rasakan lagi setelah perpisahan waktu itu. Tapi setidaknya aku bisa membebaskan perasaan yang selama ini mengusik dan selalu berakhir tanda tanya. Kerinduan aku pada sosoknya yang kini bukan lagi milikku yang entah sedang ada dimana, dan aku hanya bisa berdoa untuk hal kebahagiaannya. Percayakah kalian cinta yang tulus ialah cinta dimana hadir dari hati seseorang yang merelakan orang yang dicintainya itu bahagia walau bukan bersamanya. Memang terdengar naïf, cuma ya itu adanya. Pepatah selalu bilang kalau jodoh itu takkan lari kemana. Semua sudah ditakdirkan olehNYA. Hidup mati rejeki dan jodoh seseorang yang terlahir kedunia sudah tergariskan, tinggal manusianya yang menjemput semua itu dengan kebaikan ataukan sebuah kesalahpahaman akan tindakan dan pemikiran mereka.

Bahagia itu selalu berotasi. Bertukar tempat dan waktu. Jangan mengecilkan hati hanya karena ujianNYA yang bermacam-macam hingga membuat kita merasa rapuh melebihi sehelai daun kering yang terjatuh dari ranting. Bahagia itu bersama orang-orang yang mau menguatkan dirinya dengan mendekatkan diri pada Tuhan, berjuang dibarengi kesabaran.

“Tidak ada kesabaran yang sia-sia, tidak ada kecewa setelah kesabaran yang benar-benar tulus. Karena Tuhan tak pernah tuli, mendengar apa yang tak terucapakan sekalipun. Melihat atas apa yang tidak terekam oleh teknologi sekalipun.



 

THE WORDS Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos