Ini dimana perkataan memang lebih mudah dibanding bertindak.
Dan ini kasus dimana seseorang dengan mudah menguatkan orang lain yang sedang
mengalami kerapuhan dibanding menguatkan dirinya sendiri saat mengalami sebuah
masalah yang dianggapnya itu besar. Itukah yang dinamakan hukum alam. Ketika
seseorang dengan beberapa kalimat keluar dari mulutnya berhadapan dengan
seseorang yang sedang digandrungi masalah akan disebut motivator? Setelah
kalimat-kalimatnya tersebut bisa mengembalikan beberapa persentasi semangat
seseorang untuk meneruskan langkah kehidupannya yang sempet terjeda.
Dan ini dimana aku memilih stay di blog ini.
Dimana..
Menahan amarah supaya nggak meledak itu sulit.
Sama halnya seperti dihadapkan atas seseorang yang kita hormati lantas dengan
seenaknya dia menghantam jiwa kita hanya dengan ucapan dan beberapa tindakannya
yang nggak pantas untuk dilakukan. Aku mengeluh hari ini, mengeluh terlalu lama
lebih lama dari hari sebelumnya. Entah karena aku terlalu berlebihan
menggunakan perasaanku atau memang aku sudah terlalu letih bersikap sabar
padanya. Hanya Tuhan yang tahu.
Dan aku,
Aku masih menyimpan keinginan melihatnya berubah – menjadi manis
(tidak usah banyak manis) sedikitpun sudah bisa membuatku tersenyum lega.
Merubahnya menjadi sosok orang yang benar-benar aku harapkan – tak perlu dia
menjadi seperti seorang pemimpin yang bijaksana menjadi sosok kakak yang mampu
menguatkan hati adiknya itu sudah sempurna.
Bukan lagi tangisan, bukan itu yang aku bisa lakukan. Meski
terkadang mata ini seperti kemasukan debu :)
sengaja aku berpura-pura mengatakan itu pada diriku, kalian tahu kan dimana ada
skenario untuk menutupi kesedihan. Dimana segilintir orang benar-benar
mempelajari jurus jitu itu. Memaksakan menarik senyuman senatural mungkin
hingga kesedihanpun terhapuskan dari sorot matanya.
Setidaknya aku lega, setelah beberapa paragraph diatas
terampung menjadi sebuah bacaan. Sekedar bacaan untuk selingan. Karena hanya
ini mediator terakhir yang bisa membuatku berada pada zona aman menurut versiku :) Meski saat ini aku
mendengarkan lagu yang aku suka dalam waktu terakhir ini, dan hatiku berbisik
tentang doa yang selalu aku tulis rapi dalam nurani, aku masih merindukan momen
dimana aku benar-benar bisa berada dalam dekapan hangat orang-orang terkasih.
Bicara soal kasih sayang, bicara soal cinta :D tentang sebuah
perasaan yang istimewa, perasaan yang aku belum rasakan lagi setelah perpisahan
waktu itu. Tapi setidaknya aku bisa membebaskan perasaan yang selama ini
mengusik dan selalu berakhir tanda tanya. Kerinduan aku pada sosoknya yang kini
bukan lagi milikku yang entah sedang ada dimana, dan aku hanya bisa berdoa
untuk hal kebahagiaannya. Percayakah kalian cinta yang tulus ialah cinta dimana
hadir dari hati seseorang yang merelakan orang yang dicintainya itu bahagia
walau bukan bersamanya. Memang terdengar naïf, cuma ya itu adanya. Pepatah
selalu bilang kalau jodoh itu takkan lari kemana. Semua sudah ditakdirkan
olehNYA. Hidup mati rejeki dan jodoh seseorang yang terlahir kedunia sudah
tergariskan, tinggal manusianya yang menjemput semua itu dengan kebaikan
ataukan sebuah kesalahpahaman akan tindakan dan pemikiran mereka.
Bahagia itu selalu berotasi. Bertukar tempat dan waktu.
Jangan mengecilkan hati hanya karena ujianNYA yang bermacam-macam hingga
membuat kita merasa rapuh melebihi sehelai daun kering yang terjatuh dari
ranting. Bahagia itu bersama orang-orang yang mau menguatkan dirinya dengan
mendekatkan diri pada Tuhan, berjuang dibarengi kesabaran.
“Tidak ada kesabaran
yang sia-sia, tidak ada kecewa setelah kesabaran yang benar-benar tulus. Karena
Tuhan tak pernah tuli, mendengar apa yang tak terucapakan sekalipun. Melihat
atas apa yang tidak terekam oleh teknologi sekalipun.”