Minggu, 24 November 2013

Pertanyaanku (?)

Apakah manusia memang diciptakan untuk lebih banyak berbicara daripada bersikap?
Apakah makhluk yang bernama wanita itu selalu mewariskan sifat lemah lembut?
Apakah makhluk berjakun yang bernama laki-laki itu harus bersikap kasar ketika emosinya sudah sulit untuk digenggam?
Apakah dengan menangis, wanita akan merasa lega atas gejolak yang dialami hatinya?
Apakah karma itu akan terhapuskan ketika jaminan kebahagiaan akan tetap ada jika manusia bisa saling menghargai dan saling memahami?
Apakah ada manusia yang tanpa harus dihadirkan rasa sesal ia akan menyadari kesalahannya?
Apakah ada rasa cinta yang menyatukan dua hati tanpa harus saling menyakiti?
Apakah benar ada ketenangan disaat kita menyepi?
Lalu..
Apakah dia mendengar kata hatiku?
Apakah dia berhasil meraba setiap lekuk ruang dihatiku?
Apakah dia mampu mengabaikan egonya demi kebahagiaanku?
Apakah keras hatinya melebihi bebatuan besar di tepian pantai sana bisa terkikis oleh rasa simpatiku?
Apakah memang ada rasa kasihnya untuk sekeping hati yang ku miliki?

Aku tersadar, terlalu banyak pertanyaan yang hinggap dipikiranku. Tak jarang membayangi setiap lamunanku. Mengusik setiap waktu beristirahatku. Seakan tanpa rasa iba, pertanyaan-pertanyaan itu datang dan pergi dengan meninggalkan jejak - rasa tak nyaman, gundah, mungkin bisa dibilang galau. Aku ini sedang apa, memikirkan terlalu banyak pertanyaan yang mungkin jawabannya tidak terdapat dalam satu judul buku. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku lebih banyak membaca buku dengan judul dan penulis yang berbeda. Yang belum pasti akan benar-benar aku temui jawabannya.

Aku lebih banyak diam hari ini. Mengunci mulut untuk banyak bicara yang tak pasti. Hanya sesekali mencoba untuk berkomentar - merespons setiap pembicaraan lawan bicaraku saja. Mulutku terkatup membisu, namun aku jelas bisa merasakan bahwa otakku mengajak nuraniku berbicara. Kedipan setiap kelopak mataku terjeda dengan sebuah tatapan lurus kedepan. Seakan menerawang jauh - mencoba menemukan sesuatu. Sedikit demi sedikit aku meraba jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Mencoba memahami aku ini manusia seperti apa. Aku tidak bisa bertanya ini dan itu tentang orang lain jika didalam diriku masih banyak yang harus diperbaiki. Oh My Allah, Kau Maha Mendengar :)

 Dan aku membiarkan apapun berkeliaran di dalam kepalaku. Biarlah semuanya terpikirkan dengan sendirinya. Tanpa harus ku paksa untuk pergi dan jangan pernah kembali lagi. Penat memang, namun aku bisa apa untuk ini. Untuk banyak pertanyaan yang terdorong atas adanya perasaan. Ketahuilah, perasaan itu akan lebih nampak besar persentasinya dibanding dengan logika. Mungkin itu bagi aku. Ya aku sebagai wanita yang terlampau sensitif dan teramat jauh berperasangka mengenai perasaan.

Inikah sebuah monolog hati? Entahlah, seakan aku berbicara dengan sebuah cermin di depan. Tanpa harus membuka mulutku, mungkin hanya mataku yang berbicara. Menjadi alat penyampai atas nurani dan pikiranku yang saling bertanya. Yaps, enough! Aku menghentikan monolog hatiku. Kembali berkutat dengan rutinitasku di kantor. Mengalihkan setiap pertanyaan dengan sebuah pekerjaan. Matahari begitu cerah pagi ini. Seakan mencoba menepuk bahuku secara spontan. Mengagetkan ku untuk terus berjalan. Sekembalinya aku dengan monolog hati, ada keinginan untuk menjadi lebih baik lagi. Tak ingin menyinyiakan setiap waktu kehidupan yang Dia berikan. Menjaga mama, melindungi mama, menguatkan mama. :)


Me at Jakarta, on Sunday 25 December 2013
 

THE WORDS Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos