Senin, 23 September 2013

ini lho #pramugari ...

Kalian tau seperti apa pesawat terbang?
Dan tentang sebutan untuk yang mengendarainya?
Semasa kanak-kanak kita sering mendengar sebuah kalimat "kapal minta duit sekoper!"
Itulah celoteh anak-anak dari masa ke masa yang hingga saat ini aku berusia 21th, masih ku saksikan adikku beserta temannya melakukan hal yang sama seperti diriku 16th silam.

Dulu itu...
Aku sangat tertarik pada satu kata "pramugari". !!!
Mereka bertubuh tinggi, berparas cantik, berbahasa asing dengan baik, elegant ketika menggunakan setelan dress cloth sembari memberikan senyuman di atas pesawat. It's one piece of the best thing I trust there. Itulah cerita dari sosok ayah pengganti untukku, tidaklah lain yakni kakak laki-laki mamah (ua bule).
Sedikit cerita guys, semasa melajang dimasa muda ternyata oh ternyata ua itu sudah hijrah ke beberapa negara di dunia, maklumlah beliau itu bekerja sebagai staff di salah satu kapal besar yang berada di lautan dan sesekali akan menuju tepian pelabuhan lantas berlibur, berbelanja oleh-oleh untuk dibawa ke tanah air, berforo ria kesana kemari atau melirik puluhan perempuan asing disana (hehehe... :^)
Hingga kepulangannya ke indonesia, beliau membawakan aku sebuah mainan pesawat terbang sama persis seperti pesawat yang ku lihat di bandara. Namun, sejak kepindahan aku ke kota kuda, entahlah kemana itu pesawat aku hampir melupakan tempat terakhir aku menaruhnya. "Oh God, maafkan aku ua!"
Sejak aku duduk di kelas 1 SD, aku selalu menjawab "aku bercita-cita menjadi pramugari, bu!" Entahlah, pramugari lebih menarik dalam pikiranku daripada bercita-cita menjadi presiden ataupun direktur! (Hahahah...)
Percaya atau tidak semenjak obsesiku menjadi seorang pramugari, aku lebih rajin minum susu formula peninggi badan, menghapal setiap kosa kata dalam kamus bahasa inggris, berlenggak lenggok berjalan didepan cermin lemari pakaian layaknya seorang pramugari dalam pesawat terbang! (Hahaha...)
Aku terkekeh tawa sendiri ketika mengingat bagian memori itu, entahlah.. mengapa aku bisa bersikap seperti itu disaat aku yang katanya tumbuh menjadi anak perempuan sudah tomboy sejak balita.

Sejak...
Aku lebih sering membuntuti kemana kakak laki-lakiku bermain bersama teman laki-lakinya. Menunggui mereka duduk di bawah pohon di depan kolam yanh biasa mereka gunakan untuk bermain air sambil bersenda gurau. Berdiri manis memegang bahunya ketika berdiri diboncengan sepeda hadiah dari nenek. Berlari-lari menerbangkan layang-layang yang kami beli dari hasil patungan sisa uang jajan. Bermain dari siang hari pulang menjelang senja sebelum mamah tiba dirumah setelah 8 jam lebih berada di kantornya. Lantas pergi mengaji di surau, mengerjakan PR lalu bergegas tidur. Hingga akhirnya, kami berdua menetap lebih dari masa libur sekolah untuk tinggal dan bersekolah di kota kuda. Jauh dari mamah!

Rasanya..
Itu harus belajar melakukan banyak hal dengan tangan sendiri (#konotasi) !
Kami tidak diajarkan untuk manja - bergantung pada orang lain. Mamah mendidik keras kami berdua. Awalnya nggak betah banget tinggal di desa, serba jauh jarang ada angkutan umum, terbatasnya jenis jajanan dan mematuhi peraturan di rumah nenek itu nggak asyik. Perlahan berjalannya waktu, dan aku semakin mengerti kenapa harus jauh dari mamah, alhasil aku bisa menikmati masa-masa sekolahku disana. Dipertemukannya dengan sahabat-sahabat yang hingga saat ini masih sering bertemu.

Pramugari itu.. cita-cita yang tertanggalkan disini.
Disini,

*later
 

THE WORDS Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos