Jakarta, 15 Juli 2014
Salam sayang,
Aku ngga tahu uwa sedang apa disana, yang aku tahu kerinduan ini masih selalu hidup. Entah sudah berapa lama uwa berpulang kepangkuanNYA. Aku hanya bisa terus berdoa dan sesekali mengingat kenangan bersama. Andai surat ini bisa uwa baca, aku akan senang sekali. Tidak sia-sia aku menuliskan surat ini. Dulu, dulu sekali - ingatkah uwa pada tahun 1996 kau sedang berlayar ditengah lautan. Entah di lautan negara mana, yang aku tahu saat itu aku di Jakarta merengek untuk bertemu denganmu hingga aku jatuh sakit. Kau lantas pulang demi aku, dan kau menghadiahi aku sepeda berkeranjang waktu itu, sepeda yang ku idamkan yang harganya cukup mahal. Aku ingat benar, setelah kesembuhanku, kita merayakan pesta ulang tahunku yang ke-4. Pesta yang amat meriah di jaman itu. Aku dipangkumu, mamah yang memotokan kita berdua. Entah kemana foto itu, aku harap masih ada waktu untuk menemukannya. Aku terbiasa tidak tinggal bersama papa kandungku, lantas aku merasa lebih bahagia ketika tahu bahwa kau menyayangiku lebih dari keponakanmu. Aku beruntung sekali, termat beruntung.
Uwa, aku termat kaget ketika mendengarmu sakit, sakit parah. Aku kaget saat menjengukmu bersama mama. Seketika aku meneteskan air mata, aku berkata dalam hati "Ya Allah, dihadapanku terbaring lemah sesosok yang ku anggap sebagai ayah. Sembuhkanlah segala sakitnya. Jangan berikan sakit lebih dari apa yang sekarang ia rasakan." Allah mendengar ucapkanku, uwa. Esoknya Dia membuatmu terbangun duduk dan bisa berkomunikasi dengan kami. Kau bisa tersenyum dan kau sempat bilang ingin sarapan roti yang ku beli. Jelas, aku langsung membelikannya. Kau begitu lahap saat itu, kebahagiaanku membuncah tak terkira. Puji Syukur untuk doa yang terkabul pagi itu. Hingga pada siang hari aku pamit kembali ke ibu kota. Aku membisikan padamu sambil mengelus punggung tanganmu "Neng pamit dulu, kembali kerja. Insya Allah neng pulang kesini lagi buat uwa. Uwa yang sehat ya. Jangan telat makan dan minum obat. Neng sayang uwa."
Aku nggak tahu apa rencana Allah untuk keadaan ini, hingga aku tiba di Jakarta dan mendapat kabar bahwa Allah memanggilmu. Benar, Allah memanggilmu untuk berpulang kesisiNYA disaat aku tidak ada disisimu. Aku hanya terdiam, jelas aku menangis lagi. Sesuatu yang termat besar pergi dari kehidupanku. Sesosok yang aku belum bisa banyak beri kebahagiaan. Oh My Allah, mungkin jika tak ku tengadahkan matamu mungkin kertas ini akan basah karena air mataku. Semoga uwa tenang disisiMU, ya Rabb.
Aku punya cerita, dua gadis cantikmu kini sudah menjadi remaja. Senin kemarin mereka bersekolah di SMP. Alhamdulillah, pendidikan mereka masih bisa kami teruskan. Mereka tumbuh dengan sempurna - mereka mengenal apa itu rasa suka pada lawan jenis. Mereka bisa berprestasi bahkan mereka nampak cantik sekali ketika perpisahan sekolah dasarnya bulan kemarin. Memakai kebaya dan sanggul di kepala. Kami akan menjaga buah hatimu dengan baik, uwa. Menjadikan mereka sebagai anak mama dan adik untuk ku. Setiap bulan aku selalu bertanya apa yang mereka inginkan. Sebisa mungkin aku mewujudkannya. Akupun menawarkan diri untuk menjadi tempat curhat mereka. Lucu sekali uwa, si sulung bilang takut pada mama karena mama galak. Sedangkan si bungsu, dia hanya senyum saja ketika ditanya banyak hal saat kita berkirim pesan singkat. Jangan lagi kau khawatirkan mereka, karena mereka kami jaga.
Lebaran tahun ini, lebaran di tahun kedua rumah kami tanpa kehadiranmu. Ini yang membuatku ingin segera pulang ke kampung halaman dan berpelukan bersama buah hatimu. Dan juga aku ingin menyekar ke makam mu. Mungkin kau menunggu kami disana, kami selalu berdoa dari rumah setelah sujud kami pada Allah. Uwa, kemeja kesukaanmu masih ada di lemariku. Alangkah baiknya tidak aku pindahkan, biar tetap bisa ku lihat setiap aku membukanya. Fotomu masih ada diponselku. Ah, rindu aku padamu uwa.
Ku sudahi suratku untuk mu.
Tak kuasa aku menuliskan banyak kata disini.
Kami menyayangimu.
:*
Senin, 14 Juli 2014
Selasa, 08 Juli 2014
Nggak Harus Pake Judul
Hari ini Selasa, 8 Juli 2014
02.40 p.m.
Djakarta !!!
Mood gue lagi nggak bagus, kesehatan gue lagi ngedrop. Efeknya lari ke jobdesk gue, nggak terbengkalai sih cuma sedikit slowly aja gue kerjanya - lebih sering ngecek gadget. Ngeliat notifikasi game *haha*. Kangen gue nulis, kangen baca juga sih cuma sayang gue belum dapet lagi novel yang baru paling gue baca apa yang gue pengen baca dari internet. Oke, gue coba nulis deh. Let's try!
02.40 p.m.
Djakarta !!!
Mood gue lagi nggak bagus, kesehatan gue lagi ngedrop. Efeknya lari ke jobdesk gue, nggak terbengkalai sih cuma sedikit slowly aja gue kerjanya - lebih sering ngecek gadget. Ngeliat notifikasi game *haha*. Kangen gue nulis, kangen baca juga sih cuma sayang gue belum dapet lagi novel yang baru paling gue baca apa yang gue pengen baca dari internet. Oke, gue coba nulis deh. Let's try!
***
Gue speechless kalo lihat sikap mereka. Iya mereka - orang dewasa yang katanya sih selalu merasa paling benar dan paling tahu akan banyak hal. Contohnya nyokap gue : Nyokap akan bersikeras atas setiap pendapatnya, sekali gue ngebantah dia akan bilang kalo gue belum tau apa-apa. Perdebatan bakalan sering terjadi hanya karna hal sepele. Hanya karna ucapan singkat yang menurut gue itu nggak terlalu penting untuk dipermasalahkan. Bokap gue - Apa iya setiap pria itu harus selalu tegas dan kasar? Entahlah, kadang gue ngeliat bokap marah-marah sama nyokap, imbasnya ya ke gue juga. Kalo udah ngeliat mereka berdua perang dingin gue cuma bisa geleng kepala karena besoknya mereka seakan amnesia kalo kemarin itu mereka berantem.
Gue heran lantas gue pergi untuk tidak memperpanjang keheranan gue itu. Mungkin nyokap benar kalo gue itu nggak tau apa-apa. Iya nggak tau apa-apa karna mungkin nyokap masih anggep gue anak perempuannya yang masih seperti 6 tahun lalu. Berseragam sekolah! Menyebalkan.
Orang dewasa itu dipenuhi sama banyak rencana, pemikiran serta segala pertimbangan untuk setiap keputusannya. Menikah! Gue nggak tahu deh harus berkomentar apa tentang satu hal yang katanya sih indah. Iya pernikahan itu indah kalo setiap harinya manis terus. Nikah sama juragan tebu aja belum tentu romantis terus kan? *gilak*
Gue belum ngerti apa itu perceraian waktu usia gue dua tahun. Usia dimana gue baru lancar berlari dan sudah tidak pernah ngompol lagi. Usia dimana gue lupa hangatnya pelukan bokap. Itu masa lalu, bagi gue kenyataan apapun nggak akan menghentikan langkah gue untuk bisa jadi pelindung bahkan sumber kebahagiaan buat nyokap.
Buat bokap gue, seumur hidup selama lebih dari 18 tahun kita nggak pernah ketemu dan disaat Allah pertemukan kita lagi disaat nenek sakit gue seakan nggak kenal bahkan gue lupa ternyata orang yang nggak negur gue saat itu ialah bokap gue. Seorang pria dewasa yang rambutnya mulai memutih tapi jelas gue lihat keegoisan yang nampak dari dahinya sama persis seperti keegoisan kakak laki-laki gue. Orang yang cuma bisa bilang satu kata maaf di telepon dan gue rasa nggak ada penyesalan karena loe sudah membiarkan gue tumbuh dewasa tanpa bisa mengenal sosok ayah kandung. *tragis*
Nggak ada airmata untuk bokap yang sudah begitu banyak menorehkan luka. Bagi gue, semua sudah sirna. Cukup bagi gue punya nyokap dan kakak laki-laki. Cukup bahagia untuk gue bisa nggak tinggal sama bokap karna nggak sedikitpun gue berharap bisa punya ibu tiri. *terima kasih*.
Bicara soal menikah, gue sempet punya keinginan untuk bisa menikah - menjalin hubungan serius dengan seorang pria yang bisa mengayomi gue. Jadi imam, supporter, fans, and anything! Tapi disaat gue merasa puas dengan apa yang gue bisa kerjakan sendiri menarik pemikiran gue untuk segera memusatkan pikiran gue untuk mulai serius dengan masa depan gue. Gue takut, kelamaan have fun sendiri jadi nggak mau merrid kan jahat!!! *nggak mau*
Jakarta, gue lahir disini. Tapi sayang gue nggak betah! Bahkan gue seakan terpaksa untuk terus jalani rutinitas di kota ini. Andai gue punya banyak uang mungkin gue bisa beli rumah di daerah jawa barat yang polusinya sedikit lebih sejuk daripada disini. Gue juga capek kerja jadi bawahan melulu. Gilak, bos gue banyak banget maunya. Tapi kalo urusan salary, pelitnya sih sama kaya si madit! *ehh*.
Impian gue buat jadi penulis kapan ya bisa terwujud. Gue cuma terus mimpi doank tapi belum bisa ngewujudin jadi kenyataan. Bisa terkenal karena tulisan, bisa dapet penggemar dan penghasilan dari buku. Kan keren hidup kalo kek gitu!!
Well to the well, gue lagi nggak produktif. Sebatas posting curhatan gue doank! *basi*
BYE.
Well to the well, gue lagi nggak produktif. Sebatas posting curhatan gue doank! *basi*
BYE.
Langganan:
Postingan (Atom)