Mungkinkah aku berhalusinasi - ketika aku jelas memintanya untuk tidak pergi menghilang ~ mematikan ponselnya, menghentikan akses komunikasi diantara kami. Apakah benar aku sejahat itu - mengecewakannya untuk kesekian kalinya. Apakah memang aku tak memiliki hati, sehingga dia berpikir bahwa kepeduliaanku hanyalah sebatas teman. Apakah memang dia hanya sebatas sepotong hati. Hati yang berusaha tetap suci dalam membiasakan perasaannya berbaur dengan ketulusannya. Entahlah,,,!!!
Kita sama-sama tidak mengetahui, kejelasan letak keegoisan kita. Aku yang bersikeras tak menyukai kecemburuannya, dan dia bersikukuh dengan anggapan cemburu ialah pertanda sayang. Manusia itu selalu mempunyai alasan untuk tersenyum disaat sepi. Jelas sudah ternyata bahwa cemburu itu pertanda sayang. :) Tidakkah pernah terpikir oleh akal sehat bahwa cemburu itu ibarat garam didalam larutan air kopi. Rasanya aneh tapi bikin ketawa. Bikin geleng-geleng kepala namun terkadang bisa juga menjadi satu-satunya alasan dua manusia mendadak terdiam tanpa bersua. Allah Maha Segalanya. Menciptakan segala kesempurnaan untuk setiap rasa. Dan aku pun tersenyum...
Ada yang tahu mengapa ketika kita menguap terkadang meneteskan airmata? Itu yang aku cari tahu dan ku jadikan sebuah alasan saat ini. Sejujurnya malaikat mungkin menatap iba padaku. Ketika mendengarkan lagu melankolis milik seorang penyanyi bersuara khas berhasil membuatku terenyuh. Oh My Allah, Kau bentuk hatiku sedemikian rupa, sehingga semua rasa pernah singgah disini. Kau menyadarkanku bahwa keegoisanku tak selamanya tumbuh meninggi, karena disekitarku masih ada yang lebih egois. Dan tahukah kamu, aku merindukan hujan yang dulu memayungi senja kita. Derasanya seakan membuka pintu perasaanku untuk bersahabat dengan masa lalu. Membiarkan kamu perlahan masuk memupuk kerinduan yang selama ini kau serahkan atas nama hatiku. Aku bahagia saat itu. Bahkan aku berhasil merasakaan derasnya hujan yang teramat damai. Tahukah kamu, bahwa aku butuh waktu yang panjang untuk bisa menjelaskan semua yang ku sembunyikan. Aku tak pandai berbicara empat mata denganmu. Aku selalu memilih menuliskannya dalam kanvas kehidupan yang dengan anggunnya masih tersembunyi diantara sela-sela kerinduan yang kini mulai hidup. Kekecewaan selama ini bukan sengaja ku ciptakan. Demi apapun hatiku tak pernah berniat tuk melukaimu. Jangan jadikan aku sebagai sebuah harapan terindahmu. Biarkanlah detik-detik kehidupan kita berjalan dengan sendirinya. Tanpa harus memaksa dan dipaksa. Tanpa harus pamit pergi atau lari. Pahit memang rasanya, tapi dengarkan aku. Tak ingin ada kata pacaran diantara kita. Karena aku tak ingin ada kata putus diantara kita juga. Mengertilah, mencoba membuka lebar-lebar logikamu. Jangan biarkan kesedihan itu menutup rapat pikiranmu. Kita jelas bisa bahagia dengan cara apapun. Ingatkah kamu, bahwa Allah menjanjikan pintu kebahagian lain ketika satu pintu kebahagiaan yang kita hadapi enggan terbuka. Jangan buat penyesalan yang tak pernah kita inginkan hadir. Jangan perlebar luka dengan dugaan sesaat. Dan jangan pergi sebelum kita tahu jawaban atas semua perjuangan kita. Tidak ada yang sia-sia. Selama ini kamu berhasil membuatku tersenyum. Berhasil membuatku merasa berharga. Terima kasih :)