"Jidat loe nggak lagi panas kan?" ya nggak lah, gue sadar betul sama isi celotehan gue disini. Apapun penilaian Sang Reader gue nggak bisa membantah, gue nggak lagi mengarang bebas, gue cuma lagi belajar menuangkan setiap perasaan gue lewat tulisan. Entah kalimat keberapa ini yang gue tulis kalo gue "KANGEN" sama Galih. Pada akhir tulisan gue, cuma doa terbaik untuknya. Dengan siapapun dan dengan ataupun tanpa gue kebahagiaan dia itu udah cukup buat gue puas karena mengenal sosoknya. Kalian nggak tau segila apa kerinduan gue sama dia, walau sampai saat ini gue berusaha untuk menyimpan rapat-rapat. Rindu ini nggak memaksa untuk terbalas, yang gue tau kerinduan gue ini cuma hadir dengan sendirinya. Tanpa dikejar bayang-bayang masa lalu ataupun masa depan yang dihantui dengan ketandusan ( tandus itu konotasi dimana semua planing di masa depan loe kondisinya Harap Harap Banyak Berdoa & Berusaha )
Gue nggak pernah mau nengok kesalahan gue di belakang, cukup menegangkan jantung gue ketika gue mem-flash back tentang kebodohan gue yang berujung gue harus kehilangan Galih. Gue juga nggak mau berandai-andai, yang gue tau "andai-andai" itu nggak bisa nolong gue untuk ngembaliin perasaan Galih pada takaran yang sama ke gue seperti dulu. Ya udahlah, denger kabar baik dari dia aja gue udah thanksful banget sama Allah, cuma bisa senyum :)
Gue balik ya, kapan-kapan gue nulis lagi tentang Galih. Nggak tau sampai kapan nama Galih ada di otak gue. Yups, mulai mual gara-gara kekenyangan ngopi. Tapi anehnya ini mata terus aja pengin rapat.
See later Readers, I'll come back sooner. and sampein ke Galih kalo gue masih kangen dia. :)
Nala, Purple Girl