Tertulis di Jakarta, 26 November 2012
Tak ku temukan mentari pagi ini, melainkan sebuah ketegangan diantara senyuman, sebuah rasa tak asing menyergap pernapasan begitu mengejutkan, ini apa? Sebuah hawa dingin menusuk tulang tak tertahankan, ingin ku abaikan tak mampu ku gubriskan, berlanjut menyeringai dari bahu kiri lantas kebahu kanan lalu mengalir pada tulang belakang, semakin terkalahkan..
Lantas akan seperti apa kedua kaki ini, terpijak mengilukan, seakan ingin melayang tak menyentuh permukaan.. Kedua tangan mengepal kuat berharap bisa memberikan kehangatan,, salah tindakan batin berbisik.. Ambisilah yang menguasai emosi saat ini.. Tak jelas seperti apa selanjutnya,, semuanya seakan gelap dan terpejam..
Dimana mimpi indah yang sempat menemani ku saat terlelap.. Dimana gelembung termanis yang senantiasa menemani setiap langkahku.. Dimana hati yang dulu pernah mengukirkan kenangan indah dalam imaji.. Kerinduan begitu besar, senyum manis hadir disini menemani aku menari bersama rasa kasih yang masih ada..
Jika aku tak tahu diri, mungkin aku memang bodoh! Jika aku tuli, mungkin saja aku buta. Cintalah yang buatku seperti ini. Ataukah memang kesalahan dalam memupuk kerinduan ini. Tuhan, Kau selalu mendengar setiap hati ini berbisik, entah melalui setetes airmata ataupun sebongkah senyuman di bibir ini..
Semakin terasa dingin disini, tak kuat lagi menahannya. Ku tengok, mentari perlahan hadir.. Bias cahaya orange terlihat dari kaca.. Harusnya ada kehangatan disini, tapi masih kurasakan dingin yang benar-benar menusuk tulang.
Tuhan, peluk aku dari sana.. Buat aku senyaman mungkin dalam dekapan jemari halusmu.. Jangan biarkan aku terus seperti ini.. Perlahan tersiksa bathin ini, dan mungkin aku kan membeku disini.