Minggu, 25 November 2012

SENIN DILEMATIS

Tertulis di Jakarta, 26 November 2012



Tak ku temukan mentari pagi ini, melainkan sebuah ketegangan diantara senyuman, sebuah rasa tak asing menyergap pernapasan begitu mengejutkan, ini apa? Sebuah hawa dingin menusuk tulang tak tertahankan, ingin ku abaikan tak mampu ku gubriskan, berlanjut menyeringai dari bahu kiri lantas kebahu kanan lalu mengalir pada tulang belakang, semakin terkalahkan..

Lantas akan seperti apa kedua kaki ini, terpijak mengilukan, seakan ingin melayang tak menyentuh permukaan.. Kedua tangan mengepal kuat berharap bisa memberikan kehangatan,, salah tindakan batin berbisik.. Ambisilah yang menguasai emosi saat ini.. Tak jelas seperti apa selanjutnya,, semuanya seakan gelap dan terpejam..
Dimana mimpi indah yang sempat menemani ku saat terlelap.. Dimana gelembung termanis yang senantiasa menemani setiap langkahku.. Dimana hati yang dulu pernah mengukirkan kenangan indah dalam imaji.. Kerinduan begitu besar, senyum manis hadir disini menemani aku menari bersama rasa kasih yang masih ada..
Jika aku tak tahu diri, mungkin aku memang bodoh! Jika aku tuli, mungkin saja aku buta. Cintalah yang buatku seperti ini. Ataukah memang kesalahan dalam memupuk kerinduan ini. Tuhan, Kau selalu mendengar setiap hati ini berbisik, entah melalui setetes airmata ataupun sebongkah senyuman di bibir ini..

Semakin terasa dingin disini, tak kuat lagi menahannya. Ku tengok, mentari perlahan hadir.. Bias cahaya orange terlihat dari kaca.. Harusnya ada kehangatan disini, tapi masih kurasakan dingin yang benar-benar menusuk tulang.

Tuhan, peluk aku dari sana.. Buat aku senyaman mungkin dalam dekapan jemari halusmu.. Jangan biarkan aku terus seperti ini.. Perlahan tersiksa bathin ini, dan mungkin aku kan membeku disini.

TERTANAM DI HATI

Ketika semilir angin tak lagi mampu sejukkan pundakmu.. Mungkin masih ada rintik hujan yang mampu basahi setiap helai rambutmu.. Ketika bintang tak lagi mampu hiasi malam.. Mungkin masih ada cahaya kunang-kunang memecah kesunyian.. Ketika detak jantung tak lagi mampu menggertarkan dada.. Mungkin Kerinduanlah yang akan menggetarkan cinta.. Cinta yang hingga kini masih ku benamkan kepercayaan.. Berapa banyak kata terucap mungkin takkan bisa mengobati kekecewaan.. Tapi aku masih memiliki satu pilihan.. Untaian doa penuh keinginan untuk bisa bersama.. Masih dan akan terus ku ucapkan.. Tak peduli hingga TUhan merasa bosan mendengarnya atau hingga bibir ini kaku membisu.. Hingga tak mampu lagi berkata-kata.. Tapi yang pasti, hatiku takkan pernah mati.. Aku masih bisa meminta padaNYA.. Melalui setiap ruang di hati ini.. Sulit memang untuk ku kembalikan sebuah keyakinan itu.. Tapi.. Biarkan aku tuk terus perjuangkan semuanya.. Kau adalah mimpi terindahku.. Tak ada yang tahu sebesar apa keinginanku untuk memilikimu.. Tuhan takkan terpejam.. Dia tahu aku dan perasaanku..

"Tertanam di hati, ku menuliskan ini.. Mewakili dari sebuah keping dalam kenangan, dan aku ingi kamu kembali_Jakarta 29 Oktober 2012"

Rabu, 21 November 2012

05.00 p.m

Jakarta, 21 November 2012

Bukan kelabu atau rintik hujan yang nampak sore ini, bias cahaya orange terpancar diujung jalan ibu kota, masih dengan kondisi yang sama dan di tempat yang sama, namun kabar langitlah yang berbeda. Bukan abu - abu bukan pula biru, entahlah warna apa itu, mungkin ia tak memiliki nama atau kita sebut saja jingga. :)
Satu hal yang aku tak suka senja kali ini, dimana aku terduduk mematung hanya mengedipkan kedua bola mata dan tak banyak yang ku pikirkan namun yang berada di kepala adalah sesuatu yang menyita waktu juga tenaga. Mungkin ini sebuah curahan hati, entahlah apapun kalian menyebutnya, senyum tipis bisa ku tarik dari pipi chubby ku.
Ku mengharapkan gerimis hujan saat ini, agar ia menemaniku berkutat di meja kerja ku. Mendengar bunyinya mendentum sebagian kaca dibelakang kursi ku, dan merasakan hembusan angin menusuk paru-paruku.
Mendengarkan accoustiz Jazz saat seperti itulah yang paling tepat, sedikit menuturkan suara sang penyanyi dengan suara tipis dan tak terlalu kencang. Sesekali memutarkan kursi beroda yang sedang ku duduki, mengetuk-ngetukkan pena di atas meja, atau beranjak mengambil sebuah cangkir membubuhi kopi dan air panas di dalamnya. Menyeruputnya cepat-cepat sebelum berubah dingin dan tak terhabiskan. :D
Entahlah, sudah berapa lama aku tak menggenggam pena lalu menuliskan setiap bait puisi dalam kertas. Waktu tersita oleh pekerjaanku disini, hemm.. Harus tetap ku terima semuanya, tetap mengukir senyuman walau hanya sebatas tipuan untuk menghindari pertanyaan yang tak ingin ku dengar. Jenuh pun sering menghampiriku, terkadang kebencian bebas melewati rasa di hati, tidakkah itu menguras tenagaku, sekedar untuk meluapkan emosi saja harus teriak atau mengeluh sendirian ketika tiba di kamar. Dasar anak kecil! Usia memasuki hitungan dewasa masih hobi teriak nggak jelas hanya karena kesal. Tapi itulah aku, dan.. Tunggu! Masih ada hal yang ini ku tuliskan disini.
Mungkin Dua minggu berlalu aku tak merasakan manisnya Permen Karet dan Gelembung Terindahku, mereka sumber semangatku. Aneh dan memang aneh, bagiku itu rutinitas yang bertahun-tahun aku alami. Dan aku masih sehat dan baik-baik saja disini. Kerinduan pada mereka seperti aku merindukan sosok pria yang aku cinta yang tak terlihat oleh pandangan. :D xixi.. ^_^
Bicara tentang CINTA, bukan tanpa harus menyisakan waktu untuk fokus memikirkan itu, mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi disaat aku memutuskan untuk JATUH CINTA pada seorang pria. Tenanglah sayang, Cinta itu mengudara, ketika RINDU ini terpupuk dalam dan semakin dalam setiap harinya karena bentang waktu dan jarak yang tak bisa mempertemukan dua bolah mata, yakinlah KERINDUAN itu akan dirasakan olehnya juga. Dan aku tersenyum geli, lalu berkata "APA KABAR CINTA KU DISANA?"
Aku butuh empat batang cokelat saat ini, malangnya uangku tak cukup untuk memilikinya. :( Ya Tuhan, begitu miris melirik dompet hanya tinggal uang recehan, credit card, ktp, beberapa lembar foto, atm, dan sebungkus permen karet yang masih ku simpan belum ingin ku makan sebelum aku mampu membeli 30 butir permen karet setelahnya. :D Itu konyol. Tapi itulah kenyataan.

Sujud pada Tuhanku menjelang senja, sedikit meredakan letihku hari ini. Beranjak lalu menulis lagi disini, dan melirik sebuah foto terpajang di wallpaper ponselku. Syaffa Azzahra El Winata. Ya Tuhan, sedang apa my guardian angel ku saat ini, si bawel yang kini terus aktif dan tumbuh dengan ceria setiap harinya, yang sesekali memergokiku meneteskan air mata lalu mengusapnya dan bertanya "Kakak nangis? koq?" Bidadari kecil terindah yang menjadi sumber semangatku selama ini setelah mamah. Aku yang terkadang kesal jika ia nakal dan keras kepala ketika mengeja semua keinginan yang ada di kepalanya. Aku yang sering memutar video dan voice note suaranya di ponsel, aku yang sering mengecup fotonya ketika aku jauh darinya. Kakak sayang kamu :)

Sudah menjelang malam, aku masih disini. Masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan sebelum aku pulang. Terima Kasih untuk sepasang bola mata yang sedang membaca kalimat diatas :)

sampai nanti,

Senin, 19 November 2012

"LIMA"

Jemariku siap menari indah lagi.. Ikutilah!!!

Tak banyak monolog yang mampu ku suguhkan disini, mungkin sekedar membagi tentang "LIMA" hal yang pernah mampir dalam pikiranku ini melalui tiap bait yang ku rangkai dengan kata.

Ini tentang Waktu, Cinta, Keadaan, Harapan dan Takdir Tuhan.

Waktu,
Satu masa dimana ada ruang juga detik berjalan
Dan akan terus berjalan
Hingga Tuhan jugalah yang mampu menghentikan
Jangan biarkan waktu membuat kita duduk termenung menyesali semua keadaan yang terjadi tanpa sadar
Jangan izinkan waktu merenggut kebahagiaan yang seharusnya kita nikmati bersama kedamaian
Jangan pernah berharap waktu itu akan terulang
Waktu takkan pernah kembali terulang
Ia hanya akan terus berjalan dan terus berjalan

Cinta,
Satu rasa yang bercampur – bersatu padu antara Kasih Sayang Kerinduan juga Kepedulian
Bukan setetes noda kebencian ataupun rasa dendam
Ia hadir tanpa mengenal waktu dan siapa yang ia datangi
Begitupun saat ia pergi lalu kembali atau berakhir mati
Cinta itu Putih Bersih Suci Indah Halus dan Damai
Segores luka bukanlah karena kesalahan dalam bercinta
Ataupun sebuah takdir yang memang Tuhan inginkan
Melainkan kesalahan dalam menjaga dan memaknai arti Cinta itu sendiri
Cinta itu sebuah harapan,
Dimana kita berharap Ia mampu seperti Mawar Putih
Terus tumbuh-memiliki kelopak bunga yang indah dan harum mewangi
Terus menjadi perhatian sang kumbang dan tetap manis dihinggapi
Cinta itu bias seperti air – mengalir dan takkan terhenti meski ada batu atau ranting pohon yang tersangkut diantara sisi tengah atau kanan kirinya
Ia hanya akan terhenti oleh sebuah musim yaitu musim panas
Musim panas bagaikan sebuah ujian terbesar yang Tuhan berikan untuk bisa menguji kesabaran umatNYA
Menguji batas kemampuan sejauh mana manusia mampu menjaga rasa yang sebenarnya mulia
Dan Cinta itu seperti salju-ia Halus dingin dan Nampak indah saat berjatuhan dari langit

Keadaan,
Satu dimana ada Rasa Ruang dan Waktu
Mereka bersatu menjadi sebuah Keadaan
Entah bahagia atau bersedih
Mungkin Putih atau Hitam atau mungkin Abu-Abu
Bisa cerah atau mendung bahkan gelap penuh petir
Semua Keadaan bisa terjadi sesuai jalan cerita yang telah Dia tentukan
Keegoisan terletak disini – dimana manusia mengharapkan Kebahagiaan terus berjalan beriringan bersama senyuman
Dimana tak ingin luka itu berjalan bersama duka mendalam
Itu jelas tak mungkin terjadi, karena dalam hidup akan ada Keseimbangan
Dimana Tuhan menyiapkan Duka & Bahagia, Luka-Air Mata, Amarah dan Senyuman

Takdir Tuhan,
Satu kutipan yang harus selalu teringat dan sadari tentang Takdir
Tuhan menuliskan jalan kehidupan dalam guratan di atas telapak tangan
Atau mungkin dalam setiap alir darah dalam nadi
Dia menghadirkan ujian yang teramat berat bukan tanpa alasan yang kuat
Tak ada yang cepat, Tak ada yang mudah
Kebahagiaan itu butuh perjuangan keras
Kenapa harus memutuskan langkah perjuangan
Jika didepan sana Tuhan menjanjikan kebahagiaan untuk orang-orang yang sabar

Jakarta, 17 November 2012

Jumat, 16 November 2012

The Third Words

"Masih berada di tempat yang sama..

Tik Tik Tik..
Jarum jam di tangan berdetak terus bergulir
Dunia terus berputar
Dan bumi terus berjalan pada lintasannya
Tak ada yang tahu pasti akan seperti apa satu menit kemudian
Itu rahasia DIA


DIA yang Maha Tahu
DIA yang takkan pernah terpejam
Maka tersenyumlah
Kembali berdiri
Meneruskan langkah yang sempat terhenti

Sulit memang untuk bangkit
Sulit untuk mengubur kepedihan yang menyayat hati
Sulit berkata mampu untuk benamkan luka
Tapi apakah tetap Sulit untuk mengukir senyum tipis
Sebatas melupakannya sejenak

Terbang tanpa sepasang sayap
Seperti berjalan di atas air
Takkan mungkin terjadi
Maka berimajinasilah
Bahwa sepasang sayap semu mampu menerbangkan jiwamu
Mencapai langit ketujuh
Menggapai bintang paling terang diantara jutaan di galaksi sana
Pejamkan kedua mata
Tulikan sejenak kedua pendengaran
Dekatkan hati juga jiwa kepada Tuhan
Bahwa hadirNYA selalu ada
Dekat dan senantiasa mendekap hangat jiwa yang selalu bersabar
Belajar keikhlasan
Memahami setiap sisi kehidupan
Kamu, Jiwa dan Raga
Tuhan selalu ada.. Percayalah

The Second Words

I'm still stay at Jakarta City and I wrote its..

Mengapa pelangi hadir sesaat setelah hujan,
Bukankah ia akan hadir pada semasang mata terindah,
Ketika percaya dan yakin,
Ketika meneguhkan semangat hidup,
Dan ketika menutupi kepedihan dengan sebuah senyuman,

Kenapa harus pergi, atau mungkin berlari?
Dari semua luka menusuk jiwa
Bukan itu yang harusnya terjadi
Pasang akal untuk berpikir
Bagaimana jalan keluar

Jika tangis mampu meredakan semua,
Beri sedikit kelapangan dalam dada,
Maka teteskanlah,
Jangan resah,
Karena Tuhan tak pernah tuli,
Tangisan dalam hati mampu Dia dengar,
Jeritan itu takkan selamanya membayangi setiap keping kisah dimasa lalu,
Karena bahagia itu kan datang,
Tanpa tersadar,

Kemana lagi harus kaki melangkah,
Kemana lagi membawa pergi luka ini,
Bersembunyikah?
Tapi dimana?

The First Words

Jakarta, 16 November 2012

Mentari perlahan pergi
Hilang berbayang
Senjapun menjelang
Dan aku mulai menari disini
Menikmati setiap sinar yang terlihat dalam pandangan

Wahai pelangi,
Kau nampak dalam imaji,
Seakan tersenyum menatap diri ini,

Sepasang bola mata cantik nan indah berada disini,
Lihatlah jemari ini,
Dengan lembut menuliskan setiap kata yang ada di kepala,
Dan,
Telah ku nanti setiap bait puisi
Yang mampu menyejukkan JIWA

 

THE WORDS Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos